Golok Yanci Pedang Pelangi

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Dec 10, 2014.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Setiap orang tentu pernah bermimpi.
    Mimpi memang sesuatu yang aneh. Banyak
    peristiwa yang tak mungkin terjadi dalam kehidupan
    nyata sering kali dapat dialami dalam mimpi.
    Anganangan
    yang sukar terwujud dalam kehidupan nyata
    dapat dialami dalam mimpi.
    Macam ragam pula orang bermimpi. Ada mimpi
    yang seram, mimpi yang sedih, mimpi gembira, yang
    menakutkan dan menggusarkan.
    Akan tetapi, siapapun pasti tidak pernah mengalami
    “mimpi aneh” yang akan kita ceritakan seperti
    berikut ini.
    Malam kelam, kabut tebal menyelimuti bumi.
    Berjalan di tengah kabut yang mengambang itu, Ho
    Leng-hong merasa bagaikan
    sedang berjalan di tengah awan, tubuh terasa
    enteng dan seakan-akan hendak
    melayang-layang sehingga dia kelihatan lebih cakap
    dan bergairah.
    Bila dalam sakunya waktu itu tidak diganduli dengan
    lima puluh tahil perak, bisa jadi
    dia akan benar-benar melayang-layang terbawa
    kabut.
    Orang kuno bilang: Kalau rejeki sudah nomplok,
    gunung pun tak dapat
    mengalanginya. Dan malam ini Ho Leng-hong benar-
    benar telah meresapi kebenaran
    pepatah tersebut.
    Ambil contoh seperti apa yang baru saja dialaminya
    di rumah perjudian keluarga
    Him sana, dia bermain Pay-kiu. Kartu yang dipegang
    selalu bagus dan mengherankan.
    Bila orang lain menjadi “Ceng” (bandar), kartu yang
    dipegangnya selalu mati dan
    pasti tombok. Sebaliknya jika giliran Ho Leng-hong
    yang menjadi bandar, maka kartu
    yang dipegangnya pasti bagus, andaikan tidak
    menang, paling sedikit juga seri. Bila
    pemain atau pemasang mendapat kartu “Te kiu”,
    maka dia mendapat kartu “Thiankiu”.
    Jika pemain memegang kartu “Thian-tui” dan “Te tui”,
    dia mendapat kartu “Cicun”
    yang merupakan kartu yang tak terkalahkan.
    Maklum, Ci-cun sendiri berarti
    yang maha besar.
    Begitu bagus kartu yang dipegangnya sehingga
    membikin lawan-lawannya sama
    mendelik dan kheki setengah mati, berulang-ulang
    mengusap keringat dan susul
    menyusul merogoh saku ... akhirnya, semua isi saku
    lawan-lawannya berpindah
    tempat ke saku Ho Leng-hong.
    Rumah perjudian keluarga Him itu berformat kecil,
    tapi uang “tong” cukup
    besar.Bukanlah pekerjaan gampang jika ingin
    menang lima puluh tahil perak di sini.
    Demi merayakan “panen” yang baru saja terjadi, Ho
    Leng-hong tidak mau menyiksa
    dirinya sendiri, maka begitu meninggalkan rumah
    judi itu, segera ia masuk ke restoran
    Lau-muacu (si burik Lau) di penggaulan jalan sana.
    Keluar dari restoran Lau si burik, sedikitnya delapan
    bagian di terpengaruh oleh
    minuman keras. Tapi, biarpun mabuk, dia tak lupa
    daratan sama sekali, sedikitnya dia
    masih ingat ke mana dia harus “mendarat”.
    Dia masih ingat janjinya dengan Siau Cui yang lagi
    menunggu kedatangannya. Ia pun
    tidak lupa di mana letak “Go-tong-kang” (gang waru)
    , maka ke arah gang itulah dia
    menuju.
    Waktu masuk ke lorong yang sudah apal baginya itu,
    tiba-tiba timbul semacam
    rangsangan yang sukar dijelaskan. “Uang adalah
    nyali”, atau uang sama dengan
    keberanian.
    50 tahil perak memang bukan suatu jumlah yang
    terlalu besar, tapi kalau digunakan
    mengiming-iming di depan hidung kawanan budak
    germo itu, sedikitnya dapat
    membuat mata anjing mereka melotot.
    Maklum, biasanya Ho Leng-hong dianggap langganan
    “kurus”, bersaku kosong,
    sehingga kurang mendapat pelayanan yang layak.
    Sekarang sakunya berisi 50 tahil
    perak, ia ingin berlagak “Cukong” supaya kawanan
    budak itu tidak lagi menghinanya.
    Begitulah, sambil menepuk sakunya yang berisi itu, ia
    berdehem sekali, lalu
    membusungkan dada dengan lagak “dunia ini aku
    punya”, lalu dengan langkah
    berlenggang ia masuk ke rumah pelacuran “Hong-
    hong-wan” atau Villa burung Hong,
    di mana Siau Cui sedang menanti kedatangannya.
    Meski sudah jauh malam, namun pintu gerbang
    Hong-hong-wan masih terbuka lebar,
    seorang pesuruh rumah pelacuran itu menyambut
    kedatangan Ho Leng-hong dengan
    senyuman dikulum.
    “Ho-ya (tuan Ho), kau datang” sapanya.
    “Kenapa? Aku dilarang datang?” Ho Leng-hong
    menengadah dengan gaya
    menantang.
    “Ai Ho-ya ini, masa aku bermaksud begitu? Sengaja
    mengundang Ho-ya saja belum
    tentu bisa....”
    “Ya, lantaran undak-undakan pintu Hong-hong-wan
    terlalu tinggi, jadi orang yang
    tak punya fulus tak dapat masuk.”
    Merasakan gelagat tak enak, cepat pesuruh
    berteriak, “Ho-ya datang, nona Siau Cui
    siap menerima tamu”
    Teriakan itu secara beruntun disampaikan ke ruang
    dalam, sepanjang jalan pegawai
    itu menyingkapkan tirai dan mempersilakan Ho Leng-
    hong masuk ke dalam.
    Sebenarnya Ho Leng-hong ingin “mendamprat” lagi
    orang-orang itu, tapi lantas
    terpikir olehnya bahwa “tuan besar” yang banyak
    uang biasanya enggan ribut dengan
    orang bawahan, sebab hal ini hanya akan
    menurunkan derajat sendiri, maka ia lantas
    masuk saja dengan tertawa tak acuh.
    “Cepat benar berita yang diterima orang-orang ini,”
    demikian pikirnya sambil
    melangkah masuk, “mereka tentu sudah tahu aku
    berhasil menang besar di rumah
    perjudian keluarga Him, maka sikap mereka jadi lain
    daripada biasanya.”
    Baru masuk ke kamar, kontan Siau Cui menggerutu,
    “Kenapa sekarang baru muncul?
    Kau sudah berjanji mau datang sebelum tengah
    malam, bisa gila orang menunggu
    dirimu.”
    “Sejak tadi aku mau kemari,” sahut Ho Leng-hong
    dengan tertawa, “tapi apa mau
    dikatakan kalau dewa rejeki menahanku terus. Maka
    aku datang terlambat.”
    Sebuah bungkusan kecil yang berat dikeluarkan dan
    dijejalkan ke tangan Siau-Cui,
    lalu bisiknya dengan lembut. “Nih, ambillah”
    “Apa ini?”
    “Buka saja, segera tahu.”
    “Uang?” tanya Siau Cui sambil menimang-nimang
    bobot bungkusan itu.
    “Benar, itulah yang kita butuhkan, lima puluh tahil,
    persis”Ho Leng-hong tertawa
    bangga.
    Ia mengira Siau Cui pasti akan terkejut bercampur
    gembira dan tentu akan buru-buru
    membuka serta menghitungnya, atau mungkin
    saking girangnya dirinya akan dipeluk
    dan diberi hadiah kecupan hangat . . . .
    Siapa tahu, Siau Cui tidak kaget, atau melonjak
    kegirangan, iapun tidak membuka
    bungkusan itu serta menghitung jumlahnya,
    bungkusan kecil itu malah dibuang begitu
    saja ke meja.
    “tidak tahukah kau bahwa aku ada urusan penting
    hendak berunding denganmu?”
    katanya sedih, “ai, mengapa kau hanya tahu minum
    arah dan berjudi? Selain
    pekerjaan itu tak pernahkah kau memikirkan soal
    lain?”
    “Siau Cui, aku berbuat demikian demi kau, bukankah
    ibumu sakit dan membutuhkan
    uang?”
     
  2. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
  3. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
  4. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Ha ha ha...sapa yang galau bro... ndak kok... apa yang saja tampilkan ini cuma bagian awal... lanjutannya silahkan baca di blog saya http://cerita-silat.mywapblog.com .... ada hampir 2000-an novel indonesia atau luar negeri yang bisa di baca secara online di blog saya
     
  5. debays

    debays Active Member

    Joined:
    Jul 18, 2014
    Messages:
    1,409
    Likes Received:
    58
    Trophy Points:
    48
    panjang banget ya puisinya, sampe ga sempat baca semua. :D
     
  6. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Ini masih seperempat dari episode satu... kalo buku aslinya sampai tamat ada 3 puluhan buku... dulu waktu sma ... tas saya sering penuh buku2 komik.. sampai mlendung
     
  7. Musa M

    Musa M Member

    Joined:
    Apr 29, 2014
    Messages:
    836
    Likes Received:
    57
    Trophy Points:
    28
    salut deh sama mas Bro yang satu ini . hobi koleksi Novel .
    itu ngetik sendiri apa enggak krting bro *pusing*, kalau boleh saya kasih saran . penulisannya agak rapi dikit pasti nambah joshh:D
     
  8. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
  9. rifal

    rifal Guest

    Joined:
    Sep 29, 2014
    Messages:
    162
    Likes Received:
    15
    Trophy Points:
    18
    ane aamiinin aja deeh panjang benerr nihhh :D
     
  10. Didit Aditia

    Didit Aditia Member

    Joined:
    May 21, 2014
    Messages:
    149
    Likes Received:
    8
    Trophy Points:
    18
    keren gan , tapi kurang rapih baccanya , biar enak di baca rapihin ta gan
     
Loading...
Similar Threads - Golok Yanci Pedang
  1. cerita-silat
    Replies:
    0
    Views:
    794

Share This Page