Jangan Mengeluh Jadi Orang Tertindas Jika Masih Malas Membaca

Discussion in 'General Discussion' started by OmAgus, May 5, 2015.

  1. OmAgus

    OmAgus New Member

    Joined:
    Apr 22, 2015
    Messages:
    14
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Belakangan ini media sosial benar-benar membuat khawatir. Banyak netizen yang menganggap Facebook, Twitter, atau situs jejaring sosial lain sebagai ring tinju.

    Semuanya berantem. Saling lempar sumpah-serapah. Sama-sama merasa paling benar.

    Sepertinya Indonesia memang sudah terpecah menjadi dua kubu. Dan salah satu pemicu utama masalah ini adalah berita-berita politik yang bikin hati dan kepala panas.

    Seperti diketahui, dunia politik Indonesia sejak Pemilu 2014 terbagi menjadi dua kubu. Di tengah masyarakat muncul pemikiran, kalau kamu bukan simpatisan kubu A, berarti kamu setuju dengan kubu B dan musuh bagi kubu A, sehingga harus diserang.

    Tak hanya di dunia nyata, netizen juga begitu. Kalau ada netizen kubu A yang share berita negatif tentang kubu politik B, pasti terjadi gontok-gontokan di antara simpatisan kedua kubu itu di bagian komentarnya. Begitu juga sebaliknya.



    [​IMG]

    Yang bikin prihatin, banyak berita negatif itu antara judul dan isi ternyata kurang sesuai.
    Kewajiban media memang bikin headline yang menarik perhatian,
    tapi kadang jatuhnya malah menyesatkan orang.

    Jadi secara tidak langsung media turut berperan memanas-manasi situasi politik di dunia maya ini. Contohnya ada berita berjudul “Menteri A Akan Hapus Tunjangan PNS”. Padahal sang menteri tak berniat menghapus, hanya mengganti metode penilaian besar-kecilnya tunjangan.

    Tapi di medsos orang sudah telanjur heboh. Awalnya, satu orang share berita itu dengan dilengkapi cibiran. Orang lain yang satu kelompok dengan dia lalu berbondong-bondong menambahi cibiran di komentar, tanpa membaca isi berita itu.

    Padahal kalau membacanya mungkin mereka akan batal mencibir. Bahkan mereka akan mendapat pengetahuan baru soal penentuan tunjangan PNS. Kemalasan membaca ini telah mendatangkan kerugian, yakni ancaman terhadap persatuan dan kesatuan Indonesia.

    Malas Baca Siap Rugi

    Salah satu penyakit kronis orang Indonesia adalah malas membaca atau enggan meluangkan waktu buat membaca. Apalagi setelah dunia medsos berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini.

    Orang lebih suka baca status Facebook temannya yang galau ketimbang buku berisi pengetahuan baru.

    Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan. Mungkin bukan hanya saya, Anda pun khawatir.

    Malas membaca bisa membuat kita merugi. Sebab, ketika membaca suatu bacaan, itu artinya kita sedang memperluas wawasan, menambah pengetahuan. Kalau tak membaca, kita akan kekurangan informasi.

    Dari kacamata keuangan, budaya malas membaca ini sangatlah berbahaya. Salah satu akibat malas membaca adalah mudah jadi korban penipuan.

    Netizen yang berkomentar negatif atas berita dengan judul lebay di atas adalah contoh konkretnya. Dia “tertipu” headline berita bombastis karena tak membaca isinya.

    Contoh Kasus Keuangan yang Merugi Akibat Malas Membaca

    Di salah satu forum Internet terkenal di Indonesia, ada juga orang yang mengaku rugi total gara-gara tak membaca-baca informasi seputar kredit perumahan rakyat (KPR) saat akan membeli rumah.

    Agan yang bernasib malang tersebut bercerita, dia mendapat tawaran KPR dari dua bank saat hendak membeli rumah idamannya bersama sang istri. Tawaran yang pertama bunganya lebih rendah, sedangkan yang satunya lagi menyediakan fasilitas lebih banyak.


    Dia memutuskan memilih tawaran yang kedua. Dia merasa sudah memahami mekanisme KPR berdasarkan keterangan petugas bank, sehingga langsung saja meneken akad kredit.

    Tapi ternyata di perjanjian kredit itu dia harus mencicil pembayaran utang KPR hingga 20 tahun. Padahal dia sebelumnya meminta 15 tahun.

    Selain itu, dia kaget saat diminta membayar biaya ini-itu saat akan melunasi down payment (DP) atau uang muka. Dia tak tahu bahwa total uang muka yang dibayar meliputi jasa notaris dan biaya administrasi lain, termasuk materai.

    Walhasil, rencana keuangan yang dia atur untuk membeli rumah itu porak-poranda. Bahkan dia sampai mengajukan kredit tanpa agunan (KTA) untuk menggenapi total DP. Jadilah beban utangnya dobel, yaitu KPR dan KTA.

    Di forum itu dia curhat soal penyesalannya tak membaca-baca informasi seputar KPR terlebih dahulu. Bahkan brosur KPR dari bank pun hanya dia baca bagian depannya.


    Harapannya menulis curhatan adalah tak ada orang lain yang mengikuti jejaknya. Sebab, tak disangka-sangka, keengganannya membaca informasi berujung pada kerugian yang menimpa dia dan keluarganya.

    Fakta Memprihatinkan yang Wajib Diperbaiki

    Menurut laporan Indeks Pembangunan Manusia 2014 yang disusun United Nations Development Programme, Indonesia menempati peringkat ke-108 dari total 187 negara. Bandingkan dengan Singapura yang duduk di posisi ke-9 atau negeri jiran Malaysia yang menduduki posisi ke-62.

    Suka tak suka, kualitas sumber daya manusia Indonesia masih memprihatinkan.

    Salah satu kriteria yang dinilai dalam indeks ini adalah pendidikan, yang ditentukan oleh faktor besar-kecilnya minat baca masyarakat negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas seorang manusia salah satunya ditentukan oleh minat baca.

    Semakin tinggi minat baca, semakin tinggi pula kualitas orang tersebut. Titik.

    Mari, kita tingkatkan minat baca agar bisa lebih meningkatkan kualitas diri lewat pengetahuan. Dengan memiliki pengetahuan, kita bisa terhindar dari kerugian yang datang akibat ketidaktahuan.

    Sumber: blog.duitpintar.com
     
    Last edited by a moderator: May 5, 2015
  2. ngeblogasyikk

    ngeblogasyikk Well-Known Member

    Joined:
    Feb 1, 2015
    Messages:
    1,201
    Likes Received:
    175
    Trophy Points:
    63
    Bener banget. Harusnya kita harus melihat secara menyeluruh. Tidak hanya sepintas. Ini sama dengan gossip kalau hanya tau setengah terus jadi pembicaraan yang kurang informasi
     
  3. OmAgus

    OmAgus New Member

    Joined:
    Apr 22, 2015
    Messages:
    14
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Itulah "penyakit" yang mesti kita waspadai. Teknologi internet yang membuat informasi makin cepat dan mudah didapat, rupanya juga membawa efek samping yang sulit terelakkan, yakni kurangnya kualitas informasi.

    Berita 22 April yang dimuat di Detik News diberi judul provokatif: Presiden Jokowi di KAA: Bank Dunia, IMF, dan ADB Harus Dibuang (buktinya bisa dilihat lewat Google search) dan baru kemudian diedit menjadi Jokowi Beranggapan Masalah Ekonomi Tidak Harus Diselesaikan IMF dkk.

    Tapi dengan beredarnya headline pertama, netizen tentunya sudah heboh duluan. Padahal kalau ditilik jelasnya, Pak Jokowi berkata:

    Yang dibuang adalah pandangannya buka Bank Dunia atau IMF, seperti tergambar lebih jelas dengan judul hasil revisi untuk berita tsb.
     
  4. AquariuZ

    AquariuZ Active Member

    Joined:
    Apr 16, 2015
    Messages:
    1,006
    Likes Received:
    88
    Trophy Points:
    48
    Tapi ini masukkan, bisa dikoreksi jika saya salah, beberapa media juga kadang2 pada saat membuat judul suatu berita memakai asas metafora, sehingga orang akan berpikir negatif awal membaca judul, sehingga membaca isi hanya sekilas saja. Dari hal ini juga akhirnya tercipta presepsi salah pada pola pikir kita. Soalnya media berupa tulisan beda dengan media berupa suara bahkan video. Di tulisan kita membuat otak berpikir/berhayal suatu kejadian peristiwa secara imajiner, lewat judul awalnya, kemudian isi tulisan.
    Ya mari kita sebagai generasi muda penerus bangsa, membuka wawasan teman-teman kita, memberikan pemahaman positif, tidak berpihak sebelum menyelidiki, menjadi bangsa yang lebih baik dalam pembangunan bangsa. Thanks y Agan @OmAgus
     
  5. OmAgus

    OmAgus New Member

    Joined:
    Apr 22, 2015
    Messages:
    14
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Hai Agan @AquariuZ Aquaristik.

    Ya, penggunaan asas metafor rasanya memang kurang cocok utk berita, utk alasan yang sudah agan sebutkan.

    Tulisan yang memberitakan fakta, mestinya juga diberi judul yg mencerminkan fakta tersebut.

    Kalau boleh saya tambahkan, judul yang tidak tepat, selain menyesatkan juga ngeselin kan?

    Ambil contoh tawaran pinjaman bank yang menjanjikan "Proses 3 Hari Kerja" besar-besar di iklan. Kesannya gampang dan enak sekali, padahal dibaliknya ada daftar panjang syarat dan ketentuan yang mesti dipenuhi, dan tertera di iklan tapi tulisannya kecil sekali.

    Atau cicilan 0%..yang bunganya mungkin memang 0%, tapi ada biaya-biaya "terselubung" di baliknya yang jarang ditelusuri lebih jauh.


    Pihak bank ga bisa disalahkan sih, berusaha untuk menarik minat orang lewat tulisan iklan yang menggiurkan. Namanya juga promosi. Karena itu lah kita mesti lebih teliti :)

    Salam kenal. Dan thanks sudah mampir @
    AquariuZ Aquaristik
     
  6. AquariuZ

    AquariuZ Active Member

    Joined:
    Apr 16, 2015
    Messages:
    1,006
    Likes Received:
    88
    Trophy Points:
    48
    Oke terima kasih Gan @OmAgus atas penjelasannya. Sama2 Gan.. Salam Kenal juga
     
Loading...

Share This Page