Pernah ku mengingat beberapa janji yang hilang tempatinya... Mengungkit akan kejamnya impian yang dipaksakan itu. Masalalu itu, bukanlah pujian akan lunaknya hatiku. Malalalu itu, bukanlah kenangan yang seharusnya berlalu. Masa indah itupun hilang, perlahan, dan semakin disita waktu. Tidak ada lagi baju seragam yang bisa kukenakan, semua lenyap ditelan cerita. Kadang kala kita berharap, masa-masa itu akan selalu berjaya, masa-masa itu akan selalu memeluk kita. Namun waktu... Namun bukan waktu namanya, jika tak mampu menghimpit sejarah. Pernahkah waktu bertanya akan kejamnya janji dipaksakan itu? Lalu, adakah yang mengerti? Ataukah hanya aku yang tak pernah mengerti? Pagi yang kejam, menjadikan subuh sebagai alasan untuk menggantikan malam. Begitulah kisah ini berlalu, perpisahan sekolah hanyalah alasan pergantian waktu. Malam-malam buram, menyinggahi manusia-manusia bodoh sepertiku. Manusia yang tak ingin disingkirkan waktu, berontak, berharap waktu tak pernah bekerja. Mereka semua telah maju, Mereka semua telah berjaya... Mereka adalah teman-temanku, dan mereka telah berjarak terlalu jauh. Atau mungkin, hanya aku yang tertinggal. Atau mungkin, hanya aku yang masih menetap di masa lalu. Buram, sepi, dan sulit dimengerti... Waktu pernah mengajari kita untuk menghargai sesuatu yang baru. Sesuatu yang datang secara tiba-tiba, sesuatu yang tidak kita harap kehadirannya, sesuatu yang dipaksakan... waktu. Lalu kemudian kita dipaksakan untuk memilih diam saja, coba mengerti apa yang diharapkan... Iya, masih tentang... waktu. Dan disaat itulah waktu terlihat kasar... Memaksa kita untuk tidak terlalu menghargai semua pemberiannya. Memaksa kita untuk berlalu... Terlalu sangat berlalu. Atau mungkin, akulah yang kasar. Dengan atau tanpa bertanyapun, hari tetap berlalu. Waktu terus bergerak, meninggalkan siapa saja yang memilih dan ingin menetap... Terkadang aku berpikir, mengapa waktu tak pernah membiarkan kita yang memilih? Mengapa harus dia yang selalu memilih? Dan kenangan pun ikut tertinggal, Kisah-kisahku ikut membisu. Atau mungkin, hanya aku yang tertinggal. Atau mungkin, hanya aku yang membisu. Dan akhirnya, semuapun berlalu... Terlalu sangat berlalu... *** Terlalu Sangat Berlalu... Karya : @arief munandar November, 2015 *** Mohon kritikan yang sekasar-kasarnya dari Aden dan Ajeng sekalian, tentang tulisan saya ini (kritikan yang membangun). Saya hanyalah orang yang ingin menjadikan diri yang lebih baik. Dan saya tau, tanpa kritikan, saya tidak akan pernah lebih baik... Sebelum dan Sesudahnya, Terimakasih banyak.
Maksudnya apa gan...? Tulisannya bagus... Namun agak sedikit kurang familiar untuk judul...! Seharusnya sih Terlalu singkat Berlalu atau yang lainnya..!
Saya tambahi Syairnya kurang tertata rapi, usahakan akhir kalimatnya, dengan format : A A A A, atau A B A B atau A A B B atau A B B A
Betul sekali, biasanya syair, sajak dan puisi adalah permainannya anak SD yang sangat cengeng. Berbeda dengan permainannya orang dewasa ya.... Bahwa hidup bukan sekedar syair..
@arief munandar typo gak ? masa lalu = masalalu = malalalu .. @Dadan rusdan kayaknya pernah SD tapi gak cengeng nih yah om, sekarang sudah dewasa & punya permainan baru ? main2 dengan hidup .. keren
Syair itu indah kawan .... Jika kita menatap jalan, mungkin akan terlihat berkeluk Bahkan sungai pun, akan bergelumbang seperti alunan Di sana untai kata di rangkai, mengikat asa walau harapan terus terkuyak Itu cerita, di balut mutiara yang di tata menjulang tinggi Ada ratapan indah, walau terkadang menyayat luka tanpa tangis Lewat syair kekumuhan lara hati di ungkap sebagai mimpi Bagi orang itu kata, tapi bagi ku itu keindahan yang terlapis Buat penyair menyusun kata Biarkan saja orang kata mencibir Karena hiasan hati mu tak cukup buat mulut menganga Biarlah nanti angin timur laut menyibak tabir ... Belajar menulis juga ah ...kayak den @arief munandar
kalau untuk arti saya serahkan kepada pembaca untuk mengartikan sendiri kalimat diatas secara sepenuhnya adalah kalimat mengharap waktu tidak mengurung kenangan Judul ternyata ikut jadi masalah nah, boleh saya minta rujukan untuk saya belajar mas? soalnya saya masih belum mampu mengikuti nada yang teratur ada juga mengerti keluhan yang saya sampaikan asal jangan terlalu saja
Tidak semua orang yang paham arti kata (jika kurang mempelajari kamus indo). Takutnya salah kaprah dan malah dapet komentar yang agak menyimpang atau oot...! Jadinya agan akan males untuk balas...! Tapi kalau ingin romantis perbanyak dengerin lagu malaysia ajah...!
jika penulis puisi (seperti khalil gibran) menjelaskan seluruh arti kata/kalimat yang dijabarkan. maka, keindahan dari puisi tersebut akan sedikit hilang... oleh karena itulah, setiap musisi, penulis puisi, dan dll. lebih memilih untuk membiarkan pembaca (pendengar) untuk menerjemahkan sendiri. Artinya : jika kita serasa, kita pasti sama dalam mengerti (itulah alasannya kenapa setiap orang memiliki fans yang berbeda-beda). *** Saya lebih suka dengan lagu berbahasa ingris mas, liriknya lebih modern (kurang suka lagu lebay ) *** Malalalu (sorry, ini Typo ) itu, bukanlah kenangan yang seharusnya berlalu.
Iya juga sih... Masalahnya itu beda... Sebab Khalil Gibran menulisnya dalam buku dan penggemarnya yang baca(Otomatis sudah tahu tata bahasa) Dan agan sendiri menulis di bersosial, jadi harus orang puitis dan romantis yang membacanya....! Kayak ane ... Hehehehe...!
wkwkwk... berarti A Tohari, Rendra, Remisilado, Emha, Zawawi Imron, Pramudya, dll. salah semua... Baca referensi puisi kontemporer... atau pusi modern.