Hallo, Saat ini Mendikbud mewacanakan full day school, setuju atau tidak? Kalau benar dijalankan berarti peran orang tua menjalankan pendidikan sudah diambil alih oleh sekolah, begitu juga dengan yang mengikuti pendidikan informal seperti les atau kegiatan lain yang biasanya sepulang sekolah pasti akan terganggu dengan adanya full day school. Kalau Pak Menteri sendiri mengatakan jam pulang sekolah akan disamakan dengan jam pulang kerja sehingga anak didik tidak dilepas begitu saja setelah jam sekolah. Bagaimana menurut warga Bersosial, setuju atau tidak?
harusnya sih bikin program biar belajar di sekolah lebih menyenangkan, bukannya malah nambah jam pelajaran yang kayaknya malah bikin murid makin males sekolah
Sepertinya anak-anak akan merasa jenuh. Setidaknya anak-anak kan tidak harus full waktunya dihabiskan belajar seharian. Anak-anak juga butuh bermain dengan yang lainnya. Tidak hanya melulu di lingkungan sekolah.
Wacana ini sudah disetujui Presiden. Tapi ingat, secara teori Full Day School bagus (http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-full-day-school.html), namun tidak dapat diterapkan pada seluruh sekolah yang ada di Indonesia karena situasi dan kondisi yang berbeda. Pada dasarnya tidak ada masalah dengan jam pelajaran karena mengacu dalam total jumlah jam per minggu. Contoh mudahnya, misalkan dalam 1 minggu ada 60 jam pelajaran. Jika dilaksanakan 6 hari maka per harinya ada 10 jam. Jika 5 hari maka ada 12 jam pelajaran. Dan ingat sekolah Full Day bukan berarti harus belajar terus, dihitung juga waktu istirahat, sholat (bagi sekolah Islam), dsb. Bahkan di Tiongkok ada sekolah dasar yang mewajibkan siswa tidur siang di sekolah.
setuju Full Day School, selain mkin lama belajar, juga bisa makin erat hubungan pertemanan karna lama waktu bersama
sistem pembelajarannya juga harus dibuat menyenangkan untuk merealisasinya, tapi kalau sistemnya masih sama dan wacana diatas dijalankan apa ngak encok tuh bokong
Terus gimana dengan sekolah tambahan ( sekolah agama ) . Selaim belajar di sekolah formal ada juga sekolah agama dan dilaksanakan setelah sekolah formal ( 13:00 - 16 ) . Pendidikan karakter bukan dari sekolah formal aja , butuh kedekatan keluarga , lingkungan dan pembentukan akhlaq pun banyak sumbangsih dari sekolah agama ...apakah mau generasi kita pintar secara umum namun budi pekerti dan akhlak minim ??? Mestinya seimbang antara formal ataupun non formal ... Maaf kalo lancang
Yang terpenting substansinya bukam masalah waktu , tengok finlandia yang berhasil ...http://m.tribunnews.com/nasional/20...ktu-belajar-hanya-3-jam-tapi-terbaik-di-dunia
Ini yang menjadi pertimbangan Bpk Muhajir. Full day school bukan menambah jam pelajaran ilmu umum (malah dikurangi) namun lebih kepada pendidikan karakter termasuk agama, bermain, ketrampilan. Makanya tidak mudah menerapkan, dibutuhkan guru ahli yang kompeten, sarana dan prasarana. Dan FDS cocok diterapkan di kota-kota besar. Saya setuju, tapi tidak diterapkan di seluruh Indonesia. Ditempat saya, disuruh sekolah saja tidak mau
Semoga ada jalan keluarnya kang , biar gak tumpang tindih ...di sini untuk tingkat sd atau smp lebih giat sekolah agama , nuansanya diciptakan kebebasan ( tanpa aturan baku , yg penting ngaji dan belajar ) . Kalau ini diterapkan dalam waktu dekat akan lebih banyak kontranya gak aman deh negeri ini dan biaya yang dikeluarkan lebih besar buat ini itunya ..
Saya setuju dengan program tsb... sudah banyak negara yang menerapkan sisitem Full Day School,bahkan di China anak SMA pulang pada jam 22.00... Kalo masalah les kn malem hari juga bisa .. Semangat belajar pokonya dan semoga dengan program tersebut Indonesia bisa jadi lebih baik...
saya mah setuju2 aja....anak skrng jg udah full day school...alhamdulilah disekolah udah dapet semua... pelajaran agamanya banyak, ada ekstrakulikuler macem2... jd anak pulang jam 3 dah tinggal istrahat dirumah...ga perlu les ini itu
Menurut ane sebenarnya seharusnya fasilitas belajar dan kualitas pendidik dulu yang harus ditingkatkan. Mungkin karena ane dulu sekolah di Kota Kecil dan Sekolah Negeri, di sekolah dulu ane belajar dengan menggunakan alat2 atau fasilitas2 yang sudah lama, sedangkan kenyataan di dunia nyata (diluar sekolah) barang2 tersebut tidak dipergunakan lagi karena sudah ada generasi terbarunya. Jadi ane kira masalah ini sama saja dengan perubahan dulu nama SMP dirubah menjadi SLTP dan balik lagi ke SMP, begitu juga dengan SMA --> SLTA --> SMU --> SMA. PARA MENTERI CUMA CARI2 PROYEK AJA, mereka pada takut dibilang GX ADA KERJAAN dan makan gaji buta tanpa memperhitungkan berapa banyak dana yang harus dibuang percuma.