[Share] Sindrom Dua Paragraf Bagi Penulis Pemula...

Aden & Ajeng yang budiman melanjutkan postingan sebelumnya tentang menulis disini. Ane mencoba sedikit membagi pengalaman masa-masa awal belajar menulis dulu.

Achtung !!

Thread sederhana ini bisa jadi bermanfaat bagian sebagian orang dan dianggap "sampah" bagi sebagian yang lain. Mohon dimaafkan jika ada yang tidka berkenan dan semoga bisa jadi picu bagi yang berniat mengembangkan kemampuan menulis.

Ketika jaringan internet telah melesat dengan segala kemampuan dan kemudahannya, menulis tentu bukan perkara sulit lagi. Kutip saat kutip sini, hiasi dengan sedikit kata-kata baru atau modifikasi judul, jadi deh tulisan. Kalau yang levelnya di bawah lagi, ctrl + C bawa ke notepad ctrl + P, kemudian ctrl + C dari notepad kemudian ctrl + P di blog, selesai deh tulisan baru.

Tentu hal di atas adalah pilihan taktis. Tapi mungkin jika kita ingin lebih menikmati proses kreatif dalam menulis, cara di atas tentu bukan pilihan.

Tapi, ketika kita ingin mulai menulis, ada saja kendala. Paling tidak beberapa hal ini yang biasanya menjadi gejala penulis pemula ;

• Tak punya ide, apa yang mau ditulis.
• Ide punya, tapi baru satu kalimat, stuck. Gak tahu mau nulis apa lagi.
• Satu paragraf, stuck !
• Selesai dua paragraf, dibaca ulang, merasa aneh, delete semua. Mulai lagi nulis, dua paragraf, baca ulang, nyengir kuda, hapus semua lagi, sampai akhirnya, tutup laptop.
• Of course, aden dan ajeng punya pengalaman masing-masing, just share !

Saya menamai gejala-gejala di atas sebagai sindrom "Dua paragraf". Hal ini lumrah pada semua penulis, bahkan kalau baca biografi konon Amartya Sen atau bahkan peraih nobel sastra macam Rabindrant Tagore, pernah mengalami hal macam ini. Jadi kalau kebenaran aden atau ajeng ada yang mengalami hal serupa, jangan berkecil hati.

Pertanyaannya, bagaimana hal ini bisa terjadi ? Berdasar pengalaman pribadi ane plus curhat beberapa kawan yang mengalami hal serupa. Paling tidak ada tiga alasan yang menyebabkan hal ini terjadi :

1. Kita sebagai penulis kerap terlalu fokus pada penilaian pembaca, jadi kita diselimuti rasa takut. Apa kata dunia ? begitu kira-kira yang terpikir. Padahal, menulis adalah urusan tersendiri, penilaian pembaca urusan lain lagi. Kalau dua hal ini dicampur, alamat tulisan tak tamat.
2. Penguasaan materi tulisan yang masih lemah. Keinginan menulis tinggi tapi amunisi pas-pasan.
3. Keyakinan bahwa menulis itu susah, mindset ini yang kemudian menuntun pikiran kita. Semakin sulit menulis ketika mindset kita berkeyakinan menulis itu sulit.

Pada kesempatan kali ini, ane ingin sedikit berbagi satu langkah sederhana yang siapa tahu bisa bermanfaat :

Pertama, duduklah sejenak di depan laptop. Selanjutnya “Tuliskan pengalaman anda dalam seminggu terakhir hanya dalam satu paragraf.” Setelah selesai sekarang buat tulisan pengalaman anda dalam satu jama terakhir dalam 4 paragraf. Just try it and you’ll know the impact then.

Saya dulu waktu belajar tak percaya dengan metode ini tapi setelah ini saya ulang terus menerus, ternyata luar biasa manfaatnya. Apa gunanya metode ini ?

Dengan langkah ini kita akan terbiasa menuliskan bahan yang sedikit menjadi berparagraf-paragraf, dan kita juga akan terbiasa menyederhanakan bahan yang begitu banyak menjadi tulisan yang padat dan singkat.

Mengapa latihan ini penting bagi penulis yang tengah belajar ? Pada prinsipnya seorang penulis adalah peneskripsi atas peristiwa atau atas suatu benda atau atas apa saja. Nah, dalam melakukan ini kita dituntut kemampuan mendeskripsikan hal yang detail dan di sisi lain kita juga dituntut menyederhanakan info yang banyak menjadi singkat.

Metode belajar yang satu ini akan berasa setelah dua tiga kali anda praktikkan. Trust me, it’s works !

Sekedar berbagi ya aden dan ajeng, semoga bermanfaat. Kalau ada yang punya metode lain let’s share…

 

Nice share

Sent from my ZTE N939Sc using Tapatalk

 

@apriaja lain kali spasi dirapatkan biar nggak terjadi gap yang berlebihan dan agar rapi (gunakan preview jika perlu)
Sukses

 

Kalau mau menulis, menulislah.. apapun itu. Namun jika menulis ada tujuan, rambu-rambu yang ada perlu diperhatikan. Seperti blogger yang menulis di blog-nya, kalau hanya sekedar menulis tidak menjadi maslah tentang gaya tulisan, jumlah kata dsb. Namun jika ingin tulisan tersebut ada di posisi bagus di SERP goolgle, maka kebebasan menulis sedikit terbelenggu karena ada aturan-aturan dari google. http://www.kangandre.web.id/2015/07/kreativitas-menulis-blogger-terbelenggu.html

 

Kalo udah biasa nulis untuk seo jadi lancar dengan sendirinya, tapi emang agak sedikit terbelenggu sama rambu2 seperti @KangAndre bilang

 

Wkwkwkwk... terkadang sampai ke bawa nulis makalah offline. Di pikiran muncul keyword terus

 

kayaknya ini saya pernah ngalamin semua dulu wkw

 

Wkwkwk ini bisa nyambung ke thread saya Tips Ketika Tidak Ada Ide Menulis Artikel Baru Tapi Blog Tetap Terurus

Kalau soal nulis, saya nggak pengaruh berapa paragraf, berapa kata, berapa kalimat, kata apa saja yg tertulis. Yang penting intinya kesampean hehehe

 

Ampun deh mastah yg satu ini, kalau ngerjain TA bisa2 dapet A ini nilainya

 

Kalau ane sih yg penting nulis.... masalah enak gak enak dibaca itu urusan belakang... hehehe yang penting dengan gaya sendiri....

 

dan jangan lupa sambil belajar membuat tulisan yang enak dibaca dan mudah dimengerti dengan gaya sendiri

 

Iya kang... dikit2 sambil memperbaiki.... biar lebih enak dibaca.... hehehehe

 

Aden @abemedia, semoga manfaat !

 

Siap @KangAndre sudah dirapihkan....makasih kang bimbingannya !

 

I like it, just be our self..

 

Kalau untuk konten seo, ane benar-benar masih awam nih, harus banyak belajar dari mastah2 disini

 

Ini yang ane gak punya, sense of SEO, nulis-nulis aja ngonyor..

 

Sama den, masa-masa itu, menulis seperti beban beraat hehe..

 

Yup bro, seiring proses biasanya gaya bahasa terbentuk, makin lama makin nikmat dah..

 

Menulis itu pekerjaan yang sangat sulit...