Tajuk kuning merona hiasi awan kelam yang sepoi-sepoi Merengkuh jiwa yang sepi dalam batin ketenangan rohani Melangkah mata memandang tanpa jemu dari sudut malam maya dunia Bergejolak dendam, pahit, sedih terpecah oleh sinarmu yang merona Setangkai dalam balutan wangi kasturi mengilhami datang bahagia Seri diwajah nampak dalam alunan simponi melodi malam yang mengema Gemericik tetes embun basahi raut meneggelamkan dusta hati yang terngiang dalam sesak harapan yang menunggu Gagah ku bangkitkan semangat kobar janji yang harus ku tepati Sayu hati mendengar cibir yang belum terurai melambung sukses mengangkasa Sesekali wajah polos menyayu yang memandangmu indah dalam balutan sinar yang tanpanoda merindu akan tiap hadirmu Engkaulah anugerah yang indah sang illahi Tercipta indah meski aku memandang dalam sayu membelenggu Terangmu laksana cahaya surga yang terpancar untuk umat Tetaplah purnama meski harus sesekali mengalami fase muda dan tuamu wahai Purnamaku Sang Rembulan