Kita hidup sebagai manusia di dunia nyata ini sebenarnya sangat rentan dengan kehilangan nyawa. Penyakit, bencana alam, kecelakaan, bahkan kita tidak sedang berbuat apa-apapun bisa saja tiba-tiba kehilangan nyawa. Celakanya, setelah kita kehilangan nyawa, ya sudah. Kita berada di dunia lain. Hidup tidak seperti permainan game yang jika sudah mati, bisa diulang kembali dengan memencet tombol restart. Betapa nyawa mudah sekali hilang membuat saya kepikiran selama beberapa hari ini. Beberapa kejadian orang kehilangan nyawa saya temui beberapa hari ini. Pertama, saat menunggu ibu saya yang habis operasi di rumah sakit, kamar sebelah ada pasien yang meninggal dunia. Saya tidak tahu dia menderita penyakit apa, katanya si sudah tua. Jadi ya sudah, tidak saya ambil pusing soalnya meninggalnya juga di rumah sakit, tempat banyak orang meregang nyawa. Kejadian kedua sorenya saat mengantar ibu saya pulang dari rumah sakit. Dijalan pulang, ada kejadian kecelakaan 2 sepeda motor. Kalau ini si nggak tahu orangnya meninggal atau tidak, tapi saya lihat saat dibawa ke kendaraan yang mengantar ke rumah sakit, si korban digendong dalam keadaan pingsan. Kejadian ketiga tidak terpaut lama dari kejadian kedua. Lagi lagi saya melihat kecelakaan. Kali ini terjadi antara sepeda motor dengan mobil. Saya sempat berhenti dan melihat korban. Duuuh, kepala depan dan belakang bocor dan bersimbah darah. Dari mulut korban juga mengeluarkan darah yang berbusa. Kabar terakhir yang saya dengar, korban akhirnya meninggal. Yang bikin saya miris, ternyata dia masih kelas 6 SD, memakai motor yang baru dibelikan orang tuanya, dan besok mau mengikuti ujian nasional. Kejadia terakhir sebelum saya membuat artikel ini. Saya iseng membuka portal berita lewat HP dan lagi-lagi berita kematian yang jadi haedline. Seorang mahasiswa jatuh masuk ke kawah gunung Merapi saat foto diatas puncak batu. Semakin miris saya baca berita tersebut. Nyawa memang bisa hilang kapan saja saat kita tidak berbuat apa-apa sekalipun. Tapi kita sebagai manusia tentunya masih bisa mawas diri. Jangan sering pecicilan karena maut suka sekali dengan hal semacam itu. Ingat, yang kasihan bukan cuma orang yang meninggal, tapi juga orang yang ditinggalkan. Sumber: Berita Gado Gado
Nyawa memang sudah takdir, tapi bagaimana juga cara kita menjaga apa yang sudah di berikan dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang berbahaya, jadi disini kesadaran diri sangat di perlukan. dan tentu saja selain kekuatan usaha harus di barengi dengan kekuatan DOA Kalau yang anak 6 SD: Mungkin kalau anakyan dapat lingkungan yang baik dan orang tua yang bijak yang tau bahwa umur kelas 6 SD merupakan umur yang belum matang untuk mengendarai motor. bisa berbeda cerita. Dan yang mahasiswa jatuh di puncak batu: Ini yang saya sayangkan sekarang banyak juga orang yang naik gunung hanya untuk mengambil foto, padahal untuk naik gunung harus di bekali dengan pengalamn dan sudah sedikit terlatih. ini juga bisa jadi Akibat Sosial Media. Ya semoga menjadi pelajaran bagi yang masih hidup dan memiliki akal yang jernih
waduh dalam beberapa hari aden ngalamin kya gitu ga bikin trauma tuh 3x ngerasain kalau malaikat pencabut nyawa tuh bisa dikatakan lgi disekitar aden juga, bukannya mksd apa apa ya, ane juga pernah sih ngeliat kecelakan bener bener depan mata, aduh pokonya waktu itu udara berasa hampa bgt dah
yang namanya kematian itu sudah takdir, menurut Isalm sendiri kematian itu sudah ditentukan ketika kita dalam kandungan kapan kematian itu dan bagaimana caranya sudah ditentukan
Takdir mas. Kematian tidak ada yang bisa tau kecuali Pencipta, iblis, malaikat dan calon mati. Kemarin saya juga mau naik merapi. Saya sudah sampai di pos registrasi. Pas mau naik, tiba-tiba ada papan baru nongol di jalan masuk pendakian yang tulisannya dilarang naik merapi sementara. Setelah tanya petugasnya ternyata ada orang jatuh masuk kawah. Dan yang jatuh ternyata orangnya tinggal dekat rumah saya, bisa dibilang tetangga kecamatan. Akhirnya naik ke merbabu lagi Pengalaman atau tidak, harus tetap hati2 mas. Nggak hanya di gunung, di jalan, di rumah dan tempat lainnya harus hati2. Jawaban terbaiknya adalah takdir Tuhan
Kalau menurut saya takdir kitalah yang membuat nanti yang terakhir apakah alloh merestuinya atau tidak, dengan apa yang kita buat
Jelas takdir Ilahi gan, tapi kalau kita bisa jaga diri, tidak pecicilan, Tuhan juga pasti sayang sama kita kok
hahahha maklum lah.. emang gtu kenyataannya hehe... semoga aja masih banyak orang yang sadar biar ga kelewatan