Fenomena Anak Gimbal

Masyarakat percaya bahwa memiliki anak berambut gimbal di keluarga mereka adalah suatu berkah. yang luar biasa

Infonitas.com - Mencukur rambut anak mungkin hanyalah pemandangan biasa jika Anda melihatnya di kota besar. Namun, berbeda jika Anda berwisata ke Dataran Tinggi Dieng. Setiap tahunnya, pada Festival Dieng (Dieng Culture Festival) ritual potong rambut gimbal menjadi acara yang sangat ditunggu-tunggu wisatawan. Tentu saja, bukan hanya ritual potong rambut gimbal ini yang menyedot perhatian wisatawan. Keindahan panorama alamnya menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan.

Dataran Tinggi Dieng dikenal sebagai kawasan suci bernuansa mistis. Tempat para dewa bersemayam. Banyak hal-hal unik yang dapat disaksikan di sini. Misalnya saja fenomena anak-anak gimbal.


Proses Pemotongan anak berambut Gimbal.

Anak gimbal terlahir dengan rambut lurus normal sebagaimana anak-anak lainnya. Namun, suatu hari rambut mereka tiba-tiba berubah menjadi gimbal. Hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan fenomena tersebut. Masyarakat Dieng percaya bahwa anak-anak lelaki yang berambut gimbal adalah titisan Kyai Kolodete, nenek moyang mereka yang menemukan dataran Dieng. Konon, Kyai Kolodete ini berambut gimbal dan dia bersumpah tidak akan mencukur rambutnya. Sedangkan anak perempuan yang berambut gimbal dipercaya sebagai titisan Nini Ronce Kala Prenye.

Masyarakat Dieng juga percaya bahwa rambut gimbal ini suatu saat harus dipotong. Bila tidak dipotong sampai usia dewasa, maka dikhawatirkan si anak bisa jatuh sakit atau keluarganya tertimpa musibah. Namun, tidak boleh sembarang. Rambut gimbal baru boleh dipotong setelah si anak memintanya. Persyaratan yang diajukan si anak juga harus dipenuhi. Mulai dari permintaan yang wajar seperti seekor ayam atau sepeda hingga permintaan yang berat seperti Reog Ponorogo atau satu truk sapi. Walaupun kesannya menyusahkan, tetapi masyarakat percaya bahwa memiliki anak berambut gimbal di keluarga mereka adalah suatu berkah yang luar biasa.

Sejak empat tahun yang lalu, upacara pemotongan rambut gimbal (ruwat) ini menjadi bagian dari Festival Dieng (Dieng Culture Festival). Dieng Culture Festival boleh dikatakan sangat membawa angin segar bagi wisata Dieng. Acara ini juga diselenggarakan sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat lokal yang kian tergerus jaman. Setiap bulan Agustus atau Bulan Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan proses ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal akan dimandikan dengan air dari tujuh mata air, lalu diarak dan dilempari dengan beras kuning dan uang logam. Kemudian rambutnya akan dipotong oleh pemuka adat. Rambut itu kemudian akan dilarung di Telaga Warna. Setelah upacara yang berlangsung sekitar 30 menit itu selesai, sesajen berupa makanan tradisional Dieng, ayam, dan buah-buahan akan dibagikan kepada warga yang hadir.

Dieng Culture Festival bukan hanya menampilkan upacara pemotongan rambut gimbal saja. Di pesta rakyat terbesar di Dieng yang hanya diadakan setahun sekali ini, ditampilkan juga atraksi seni budaya, wayang kulit, tari tradisional, pameran kerajinan khas Pegunungan Dieng, dan juga kembang api. Sungguh suatu pengalaman yang tak akan terlupakan. Menyaksikan arak-arakan anak-anak gimbal yang diusung dengan kereta dan diiringi berbagai macam kesenian.

 

iya pas itu pernah di luput di tv , hmm ngerii masih percaya hal begituan

 

bisa mendapatkan wisatawan yang banyak ya tradisi potong gimbal ini

 

jadi banyak orang yang punya rambut gimbal deh disana kalo gitu caranya