FORUMHIJAU.COM - Indonesia kini berada di masa- masa paling penting dalam sejarah energi dunia! Di saat krisis energi diramalkan akan terjadi 30 tahun ke depan karena habisnya minyak bumi, Indonesia masih bisa tenang-tenang saja karena kita memiliki Kartu As energi terbarukan di dunia. Apa kartu as tersebut? Kelapa Sawit. Tapi benarkah ramah lingkungan? 1. CPO = Cruel Palm Oil Aktivis lingkungan banyak memelesetkan kepanjangan CPO yang harusnya Crude Palm Oil menjadi Cruel Palm Oil. Mengapa tanaman ini sangat dimusuhi oleh para aktivis lingkungan hidup dan dijuluki “tanaman bengis”? Salah satu alasan utama yang tidak diketahui orang banyak adalah fakta bahwa sawit sangat rakus air. Sawit menyedot air dalam jumlah yang sangat besar hingga ke dalam tanah. Ketika 1 wilayah sudah dijadikan perkebunan sawit, maka wilayah tersebut sangat sulit untuk ditanami kembali oleh tanaman lain. Tanah yang sudah ditanami oleh kelapa sawit menjadi kehilangan unsur hara sehingga ekosistem di sekitarnya menjadi rusak dan tak seimbang lagi. Selain hal ini, timbul banyak masalah turunan lain dari komoditas nomor 1 di Indonesia ini. 2. Penyebab Kerusakan Hutan Kerusakan Hutan Indonesia 28 Juta Hektar, Seluas Negara Filipina! Dalam 1 menit perusakan hutan terjadi seluas 5 kali luas lapangan sepak bola. Dengan kata lain, dalam satu jam hutan seluas 300 lapangan sepak bola rusak. Padahal hutan ini tidak bisa dibuat lagi oleh manusia karena merupakan proses alam yang terjadi selama ratusan tahun. Perambahan hutan yang tak terkendali untuk perkebunan sawit dituding sebagai penyebab nomor satu deforestasi. Pemerintah daerah dengan gampangnya memberikan konsesi sawit ke para pengusaha. Akibatnya deforestasi Indonesia tidak terbendung lagi. Padahal di sisi lain, luas hutan Indonesia merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah hutan di Amerika Selatan. Kondisinya saat ini adalah rata-rata laju deforestasi hutan di Indonesia dari tahun 1990 sampai 2010 mencapai 1,2 juta hektar per tahun. Perkebunan sawit tidak pantas disebut hutan. Biar bagaimana pun ekosistem yang heterogen tidak mungkin bisa digantikan dengan ekosistem yang homogen. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan, kerugian negara akibat kerusakan hutan mencapai Rp 180 triliun. Apakah 180 triliun ini sebanding dengan ekspor sawit kita? Tentu tidak. Uang bisa dicari namun hutan yang hilang serta satwa yang punah tidak mungkin bisa dikembalikan lagi. Sesal kemudian tidak berguna. Bank Dunia sendiri sangat serius menanggapi isu deforestasi Indonesia. Bank Dunia sempat menghentikan pendanaan bagi perusahaan-peru sahaan kelapa sawit pada September 2009 akibat perusakan lingkungan yang sangat parah di hutan Sumatra dan Kalimantan. Aktivis lingkungan juga ikut menyerang industri kelapa sawit dengan menyebut “Palm oil: enemy number one of Indonesia’s tropical rainforests”. 3. Orang Utan Dianggap Hama Sawit Selamat datang perkebunan sawit, selamat tinggal orang utan! Itulah harga yang harus dibayar untuk industri sawit ini. Perluasan lahan sawit mau tidak mau merusak habitat orang utan, beruang dan harimau. Tidak tanggung-tanggu ng, orang utan bisa tiba-tiba masuk ke rumah penduduk untuk mencuri nasi. Hal ini mereka lakukan karena memang sudah tidak ada makanan lagi karena hutan mereka sudah dirusak. Beruang dan harimau juga sudah kehilanggan tempat tinggalnya, akhirnya penduduk sipil merasa jiwanya terancam dari hari ke hari. Orang utan pun dibantai secara keji atas perintah para pengusaha sawit. Satu ekor orang utan dihargai 500 ribu sampai 1 juta rupiah oleh pengusaha sawit. Padahal tidak ada maksud orangutan dan satwa liar lainnya mengganggu perkebunan sawit serta rumah penduduk. Hal ini mereka lakukan karena mereka tidak memiliki pilihan lain. Manusia telah menjadi monster bagi alam, tahun 2011 saja Washington Post mencatat 750 orang utan terbunuh di Kalimantan. Padahal orang utan adalah satwa endemik Indonesia dan satu- satunya habitat asli mereka adalah Indonesia. 4. 50% Lahan Sawit Indonesia Dikuasai Asing Untuk siapakah sawit Indonesia? Walhi mencatat bahwa saat ini 50% lahan sawit Indonesia telah dikuasai asing dengan Malaysia sebagai pemiliki mayoritas, sebesar 26%. Konglomerasi Malaysia, Sime Darby (perusahaan sawit terbesar di dunia), sampai saat ini sudah mengantongi konsesi sawit sekitar 300.000 hektar melalui Minamas Plantation. Dengan dukungan modal yang kuat serta teknologi yang lebih canggih akibatnya banyak perusahaan sawit Indonesia yang tidak bisa bersaing. Bukankah ini sangat tragis? Tanah Indonesia hanya dijadikan sapi perahan dan disedot habis-habisan air tanahnya demi perkebunan sawit. Source : Forumhijau.com Follow us : @ForumHijau_ID
Coba deh jalan-jalan di kebun sawit, serasa jalan di gurun, kesannya gersang, karena tuh tanaman nyerep airnya ga ada rasa tega sama teneman lain disekitarnya
paling sedih kalau dengar orang utan dibunuh karena makan hasil kebun sawit, mereka bnar2 tdk punya perasaaan
Tahukah kalian, soal pembakaran hutan di Indonesia yang di lakukan oleh perusahaan asing khususnya perusahaan Malaysia. Dinyatakan tiudak bersalah dan bebas oleh pengadilan negeri Indonesia. Sungguh ironi