Jangan Membuat Kotak Kemiskinan untuk Diri Sendiri

Discussion in 'General Discussion' started by septiana husen, Oct 21, 2015.

  1. septiana husen

    septiana husen New Member

    Joined:
    Sep 25, 2015
    Messages:
    11
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Berangkat dari sebuah realitas ekonomi kita memahami kemiskinan. Khalayak ramai menilai orang miskin berdasarkan keterbatasan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan materil. Orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan sering dijuluki orang miskin. Pandangan mainstream tersebut bukan satu-satunya perspektif yang dapat digunakan dalam memahami kemiskinan.

    Dalam rangka memahami kemiskinan, tentu kita berupaya menjawab pertanyaan tentang apa itu kemiskinan, siapa orang miskin, di mana, kapan, dan mengapa terjadi kemiskinan, serta bagaimana kehidupan orang miskin. Jawaban dari berbagai pertanyaan-pertanyaan itu dapat digunakan saat memformulasikan solusi pengentasan kemiskinan.

    Penilaian khalayak ramai terhadap kategorisasi orang miskin seperti yang dijelaskan pada paragraf awal mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan paragraf kedua. Dengan menggunakan pandangan mainstream, kita bisa mendapatkan jawaban: kemiskinan adalah keadaan serba kekurangan secara ekonomi, kemiskinan diderita oleh orang yang berpenghasilan kurang dari US$1 perhari (Todaro dan Smith, 2006)1, kemiskinan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, penyebab kemiskinan boleh jadi karena keturunan dan atau kemalasan, orang miskin hidupnya susah. Untuk mengatasinya tinggal buka saja lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya dengan upah yang layak.

    Namun perlu kita cermati, dengan menerapkan pola pikir semacam itu akan tercipta sistem persaingan kurang sehat yang cenderung mengabadikan kekayaan segelintir orang. Itu bisa menghambat kemajuan di bidang ilmu dan teknologi serta tegaknya keadilan yang kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam suatu negara.


    Perspektif Lain tentang Kemiskinan: Pendekatan “Kapabilitas” Sen

    Amartya Sen, Pemenang Hadiah Nobel dalam bidang ekonomi tahun 1998, berpendapat bahwa “kapabilitas untuk berfungsi (capabilities to function)” adalah yang paling menentukan status miskin-tidaknya seseorang (Todaro & Smith, 2006: 23). Fungsi yang dimaksud Sen adalah apa yang dapat dilakukan dengan komoditas yang dikuasai. Sedangkan kapabilitas didefinisikan sebagai kebebasan yang dimiliki seseorang saat berfungsi (functioning). Kapabilitas untuk berfungsi berlaku dalam berbagai aspek. Sebagai ilustrasi, dua orang masing-masing memiliki notebook. Orang pertama menggunakannya untuk bermain games, menonton film, mengerjakan projek desain, membuat artikel kolom opini dan membuat cerpen. Sedangkan orang kedua menggunakannya hanya untuk bermain game dan menonton film, karena dia tidak memiliki kemampuan lain. Meskipun sama persis, tetapi orang kedua dikatakan lebih miskin dari orang pertama karena dia tidak bisa menggunakan fitur-fitur lain yang ada pada notebook-nya.

    Dengan teori ini, kemiskinan dapat difahami lebih utuh. Karena mampu menjawab pertanyaan sampai pada penyebab kemiskinannya. Bukankah orang tidak punya cukup uang untuk membiayai hidupnya biasanya disebabkan oleh tidak memiliki kapabilitas untuk berfungsi?


    Mahasiswa

    Jenjang pendidikan formal paling tinggi adalah perguruan tinggi. Orang yang belajar di perguruan tinggi dinamakan mahasiswa. Mahasiswa mempelajari ilmu yang spesifik. Biasanya diklasifikasikan dalam program studi (prodi). Contohnya, mahasiswa pada prodi statistika maka dia hanya mempelajari statistika.

    Mempelajari ilmu yang spesifik tidak lantas mempermudah mahasiswa dalam belajar. Karena walaupun ilmu yang spesifik saja yang ditekuni, tetapi dipelajari secara mendalam. Jadi, tetap saja membutuhkan upaya ekstra untuk menguasainya.

    Dalam mengatur pola hidup, mahasiswa memerlukan upaya ekstra. Pasalnya, kebebasan yang luas diperoleh pada fase ini. Bebas memilih mata kuliah yang diambil, berpakaian, membaca buku referensi dan menentukan orientasi. Meskipun kebebasannya tetap terbatas, tetapi jauh lebih bebas dari jenjang pendidikan di bawahnya.


    Kotak Kemiskinan Mahasiswa

    Di era teknologi informasi seperti sekarang ini mahasiswa menikmati kemudahan khususnya dalam komunikasi dan akses informasi. Mencari bahan kuliah bukan lagi menjadi persoalan berat. Mendiskusiskan persolan dengan kawan pun dapat dilakukan dengan lebih cepat berkat fasilitas surel atau medsos.

    Ironisnya, berbagai kemudahan itu tidak mampu dimanfaatkan oleh semua mahasiswa dalam menunjang peningkatkan kapabilitasnya. Hanya beberapa (sebagian kecil) mahasiswa saja yang dapat memanfaatkannya. Sebagian yang lain hanya menggunakannya untuk cit-cat, galau, narsis, download film dan lagu bajakan, nonton tv streaming, nonton video, bahkan ada yang menggunakannya untuk mengakses video porno.

    Tujuan awal keberadaan fasilitas-fasilitas untuk meningkatkan kualitas mahasiswa sehingga memiliki kapabilitas untuk berfungsi yang lebih tinggi, masih jauh panggang dari api. Bahkan kondisi kontradiktif lah yang ditemukan. Berkat fasilitas-fasilitas itu, mahasiswa semakin dimudahkan dalam membuat kotak kemiskinannya.

    Kotak kemiskinan mahasiswa berati keterbatasan kapabilitas untuk berfungsi sebagai mahasiswa. Indikasinya adalah tidak mampu menguasai ilmu yang ditekuninya secara teori dan praksis, membatasi diri dalam mempelajari sesuatu (tidak mau mempelajari ilmu yang lain selain prodinya) dan enggan meningkatkan softskill. Hal tersebut bisa disebabkan atau menyebabkan orientasi menjadi sempit.

    Orientasi atau cita-cita yang sempit menyebabkan malas untuk meningkatkan kapabilitas. Misalnya, saat seseorang berorientasi hanya ingin bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pusat Statistik (BPS) maka dia hanya akan mencukupkan diri dengan belajar sekedarnya. Hanya akan mempersiapkan diri untuk dapat bersaing menjadi PNS BPS. Mahasiswa yang telah terjerumus ke dalam kotak kemiskinan, akan memiliki orientasi yang sempit. Dalam arti tidak memiliki banyak pilihan saat akan bersaing dalam dunia kerja.


    Jangan Membuat Kotak Kemiskinan Sendiri

    Pada hari pertama penulis mengikuti kegiatan orientasi di kampus, seorang dosen mengatakan “jangan membuat kotak kemiskinan sendiri”. Saat itu penulis belum dapat menterjemahkannya seperti ini. Setelah penulis mempelajari Pembangunan Ekonomi, pandangan penulis mulai terbuka dalam melihat kemiskinan.

    Kemiskinan yang sesungguhnya adalah saat tidak memiliki kapabilitas untuk berfungsi. Saat mahasiswa membiarkan kapabilitas untuk berfungsinya tetap rendah, bahkan semakin merendahkan, artinya dia sedang membuat kotak kemiskinannya sendiri. Mahasiswa jangan membuat kotak kemiskinan sendiri. Pelajari dengan tekun ilmu yang telah dipilihnya. Pelajari juga hal-hal lain seperti bahasa inggris, teknologi informasi dengan mengikuti kursus, masuk grup tertentu atau belajar secara otodidak. Selain itu kembangkan pula softskill dengan berorganisasi.

    Memiliki cita-cita yang spesifik adalah hal yang wajar. Namun, sebagai manusia kita harus senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan kapabilitas untuk berfungsi.
     
  2. ncang

    ncang Super Level

    Joined:
    Feb 7, 2013
    Messages:
    4,653
    Likes Received:
    761
    Trophy Points:
    113
    Google+:
  3. septiana husen

    septiana husen New Member

    Joined:
    Sep 25, 2015
    Messages:
    11
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    bolehlah gan.
    hahaha
     
Loading...

Share This Page