Jika nantinya kau memilih sebagai mentari, wujud yang hadir menyinari meski hanya untuk berangkat pergi. Tak apa, aku tetap suka. Hadirmu akan tetap ada dalam kepala, meski wujudmu lenyap pada hari-hari nyata. . Tak usah khawatirkan aku, meski sebenarnya kau tak pernah mengkhawatirkan. Aku baik-baik saja. Pergilah menyinari belahan bumi lain. Aku masih ada secangkir coklat untuk berkawan dalam hangat yang gayat. Aku masih ada bayang-bayangmu untuk menemani dalam dinginnya pagi, siang, sore dan malam ku. . Kini hadirku bagaikan secangkir kopi yang tersaji untuk seseorang yang lebih menyukai susu. Yang diminum hanya untuk sekedar basa-basi. Yang dihabiskan hingga meninggalkan ampas, hanya untuk ditinggal pergi. Aku hanya ingin berucap terima kasi karena sudah manjadi alasan nyamanku, yang kini berubah menjadi alasan rangkaian kata-kata lukaku. Dan aku hanya ingin berucap terimakasih untuk kedua kali, karena sudah berkunjung menemani, meski sebenarnya hati tak ingin ditinggal pergi. Tapi itu bukanlah kuasaku. ~(g.n)
Dari kemarin bikin sajak romatis dengan tema patah hati, hhh yang sabar ya boss, tetap berjalan sampai menemukan sang penyuka kopi, buat tetap hangat itu kopi