Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Discussion in 'Tales' started by KangAndre, Mar 20, 2015.

  1. KangAndre

    KangAndre Member

    Joined:
    Jan 25, 2014
    Messages:
    10,253
    Likes Received:
    2,716
    Trophy Points:
    413
    Hari ini aku tiba-tiba terisak. Entah mengapa. Aku sedih sekali hari ini. Kini aku sudah menikah selama lebih dari 5 tahun. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Seharusnya Aku berhak punya suami yang sudah mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan mobil bagus. Bisa membelikan aku baju2 dan perhiasan, bisa mengajakku menginap di sebuah resort . Bukannya aku yang harus bingung mengelola uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilan suamiku tidak begitu besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

    "Dik... Adik kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.

    Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

    "Selamat ulang tahun ya Dik..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya?” ucapnya takut-takut.

    Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membungkus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

    "Maaf ya Dik, aku cuma bisa ngasih ini. .. Nggak bagus ya Dik?" ucapnya terbata.

    Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah jam tangan sederhana berwarna putih keperakan. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

    "Jelek ya dik? Maaf ya dik... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Aku belum mampu membahagiakan kamu dan anak-2, Maafin aku ya dik..." desahnya.

    Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk jam tangan ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya.

    Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

    "Mas..lihat aku...," pintaku padanya.

    Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyebabkan dia tidak mampu menunjukkan kasih sayangnya secara nyata kepada istri dan anak-2nya selama ini. Hal itu pula yang menyeret dayanya untuk bisa membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu.

    "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan.

    "Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Kamu sudah ngasih aku anak yang cantik, imut dan pandai mengaji karena engkau yg mendidiknya langsung..," senyumku sambil berusaha menahan tangis.

    "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat. Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya sangat besar padaku.

    Rabbi... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, belum memberikan rejeki yang melimpah kepada suamiku. Tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang hebat, dan segala fasilitas-fasilitas, serta harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia.

    Mengapa aku masih bertanya..
    Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah: “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Tanpa materi, tanpa cincin berlian, tanpa emas dan permata. Aku hanya ingin mencintaimu seperti mawar, yang mekar bersama fajar, dan sang dara menciumku lalu menyematkanku ke dadanya..”

    Catatan Renungan: Ifta Istiany Notes
     
    ngeblogasyikk likes this.
  2. ngeblogasyikk

    ngeblogasyikk Well-Known Member

    Joined:
    Feb 1, 2015
    Messages:
    1,199
    Likes Received:
    175
    Trophy Points:
    63
    wah abang jangan ngepost yang beginian, jadi kepikiran kalau saya punya istri besok. *telinga*
    tapi makasih ya bang, saya jadi pengen lebih giat nabung uang buat kedepannya *akhirnya*
     
  3. adheens

    adheens Member

    Joined:
    Feb 5, 2013
    Messages:
    334
    Likes Received:
    41
    Trophy Points:
    28
    Google+:
    Lah, lagi ada yang melo-melo nich :D
     
  4. KangAndre

    KangAndre Member

    Joined:
    Jan 25, 2014
    Messages:
    10,253
    Likes Received:
    2,716
    Trophy Points:
    413
    Nambah thread yang sepi, biar imbang (dan aku suka tales..)
    Malem Jum'at.. :D
     
  5. saimi

    saimi Member

    Joined:
    Jan 10, 2014
    Messages:
    449
    Likes Received:
    42
    Trophy Points:
    28
    Buat renungan di hari jumaat ini. :D
     
  6. wah abang melo deh jadinya
    tapi kan bang kata Tulus ni, "jangan cintai aku apa adanya"
     
  7. Cowok Sejati

    Cowok Sejati Member

    Joined:
    Mar 11, 2015
    Messages:
    247
    Likes Received:
    4
    Trophy Points:
    18
    Kalau kamu di tanya mencintai atau di cintai, kamu pilih yang mana?
     
  8. KangAndre

    KangAndre Member

    Joined:
    Jan 25, 2014
    Messages:
    10,253
    Likes Received:
    2,716
    Trophy Points:
    413
    Artikel lama, tapi masih relevan untuk masa kini
     
Loading...
Similar Threads - Ingin Mencintaimu Dengan
  1. Ghazali
    Replies:
    7
    Views:
    58,082

Share This Page