VIVAbola - Penyerang sayap Garuda Muda, Bayu Gatra tak pernah membayangkan terpilih memperkuat timnas U-23. Baginya, bermain sepakbola awalnya hanyalah demi mencari uang guna membantu orang tua. Tidak seperti kebanyakan pemain timnas U-23 yang pernah mengecap sekolah sepakbola (SSB), Bayu justru mengasah kemampuannya secara otodidak. Teknik-teknik bermain sepakbola juga didapatnya dari ayahnya, Untung Supriadi dan tetangganya Cak Sun. Keduanya bukan pelatih profesional melainkan mantan pesepakbola yang juga berlajar otodidak. "Saya tidak pernah masuk SSB. Sejak kecil saya belajar bersama bapak dan tetangga saya," kata Bayu dalam perbincangan dengan VIVAbola di dalam bus menuju mesjid Jame Vali di kawasan Li Wey City, Nay Piy Taw, Myanmar, Jumat, 20 Desember 2013. Saat itu Bayu bersama pemain timnas U-23 lainnya sedang dalam perjalanan menunaikan ibadah Sholat Jumat. Menurut Bayu, saat kecil dirinya pernah memperkuat klub Tunas Remaja di kampung halamannya, Jember. Dia juga ikut dalam tim SMP 1 Kalisad pada 2003. "Tahun 2005 saya baru diajak Pakde (Mujamil) yang kebetulan adalah pelatih Persid Jember untuk bergabung dengan tim junior," katanya. "Baru setelah itu masuk Persekab pada 2008-2010," sambungnya. Bakat Bayu juga tercium oleh pelatih PON Kaltim, Rudy Keltjes. Bayu mengaku sangat berutang budi kepada mantan pelatih berusia 60 tahun itu. "Dia merupakan sosok yang membantu saya mengembalikan rasa percaya diri usai menderita cedera lutut saat PON Kaltim dulu," bebernya. Tampil gemilang bersama tim PON Kaltim, Bayu kemudian mendapat tawaran dari klub Liga Super Indonesia (ISL) Persisam Samarinda. Saat ini, Bayu masih bernegosiasi untuk memperpanjang kontraknya bersama Elang Borneo. Permainan gemilang Bayu bersama Persisam mengantarknya ke timnas U-23. Ini merupakan kali pertama Bayu berkostum Merah Putih. Garuda Muda akan bertemu Thailand di final SEA Games XXVII, Sabtu, 20 Desember 2013. "Saya berharap bisa dapat emas pada SEA Games ini. Saya ingin mengukir sejarah pada kesempatan terakhir ini. Mudah-mudahan bisa tercapai." Menilik ke belakang, Bayu sebenarnya tidak pernah terpikir untuk memperkuat timnas U-23. Awalnya, dia hanya berusaha mengumpulkan uang dari sepakbola untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya. "Bagi saya, bermain sepakbola itu awalnya hanyalah untuk mencari uang demi membantu ayah dan ibu. Karena itu, dulu saya sering sekali ikut tarkam untuk mengumpulkan uang," kata Bayu mengungkap masa lalunya. "Di awal-awal, saya hanya mendapat upah sebesar Rp20 ribu untuk sekali tampil. Namun lama-lama saya bisa dapat Rp300 ribu," sambungnya. Bagi Bayu, sepakbola antar kampung (tarkam) memang penuh resiko. Namun dari sana dia juga banyak belajar dalam mengantisipasi kecurangan lawan. "Pemain tarkam banyak yang nakal. Kita harus punya cara untuk bisa mengatasinya. Saat mereka melakukan gerakan yang membahayakan, saya harus mampu bergerak untuk menghindarinya. Ini banyak membantu saya saat bertemu pemain-pemain nakal di lapangan," beber Bayu. Bayu mengaku masih sering mendapat undangan untuk memperkuat tampil pada tarkam di kampungya. Bayaran yang ditawarkan semakin menggiurkan hingga mencapai jutaan rupiah. Namun Bayu mulai selektif. Dia mengaku tidak ingin membahayakan karirnya demi bayaran itu. "Resikonya terlalu besar. Kalau ada yang berniat jahat, kita bisa cedera," katanya. "Untuk menghargai undangan itu, paling saya datang saja sebagai penonton saja," kata pemain kelahiran 12 November 1991 tersebut. Biodata Nama Bayu Gatra Sanggiawan Lahir Jember 12 November 1991 Posisi Gelandang sayap Ayah Untung Supriadi Ibu Siti Holifah Klub Tunas Remaja (1998) Persid Jember Jr (2005-06) Persekab (2008-2010) Persisam (2010- ) Sumber