Selama seminggu ini, dilema melanda otak saya soal template responsive. Saya dilema untuk mengganti template jadul non responsive dengan yang responsive, meski selama ini saya belum pernah ganti template sekalipun. Di satu sisi template responsive katanya lebih SEO frindly dan mengundang lebih banyak visitor menuju blog kita dengan segala kelebihannya. Di sisi lain, dulu awal mula belajar ngeblog, banyak para pakar SEO yang menyarankan untuk tidak bergonta-ganti template. Yang dipakai sekarang, ya yang dipakai selamanya. Itu lebih baik. Selain itu, template jadul non responsive begitu lambat diakses. Saya sendiri sudah membuktikan di google page speed. Skornya hanya mencapai 68 persen saja untuk dekstop dan 77 untuk mobile (rapor kuning). Itupun untuk beranda. Kalau posting lebih parah lagi, 55 (rapor merah !) Gara-gara hal itu, saya resah dan gelisah. Akhirnya saya mengambil alternatif untuk belajar sendiri otak-atik template. Selama seminggu ini saya memfokuskan blog saya untuk meresponsivekan template dan bisa mencapai rapor "hijau" di google page speed, minimal 85 untuk deskstop dan mobile. Setelah bekerja keras selama semingguan ini, sedikit demi sedikit saya memahami cara membuat template responsive, meskipun masih jauh dan bahkan sangat jauh dari kata sempurna. Alhasil, rapor hijaupun tercapai!. 90 persen untuk kecepatan mobile, 87 kecepatan desktop, dan 100 untuk pengalaman pengguna. 3 tool online selalu saya gunakan untuk meresponsivekan template saya. Responsinator.com, responsivetest.net dan responsivepx.com, dan memang ending dari peresponsivan itu memuaskan, karena minimal untuk ukuran width: 220px hingga batas maksimal (misal 1282), terlihat responsive. Tanpa ada scroll ke samping lagi. Sebenarnya saya lebih fokus untuk ukuran 320px, karena memang sumber traffic yang terdapat di google analitik menunjukkan paling banyak digunakan. Yang kedua adalah 480px. Oiya, perlu agan-agan ketahui bahwa sumber trafik terbanyak untuk blog saya memang berasal dari mobile. Setelah merasa 100% berhasil, saya coba cek menggunakan ponsel saya yang ukuran 240px x 320 Samsung GT 3850 (Corby2), dengan browser opera mini 8. Betapa kagetnya, ketika saya cek, ternyata hasilnya jauh berbeda dengan apa yang nampak di tool online itu. Saya setting lagi pengaturan di dasbor. Saya nonaktifkan mobile view. Hasilnya pun sama saja. Gagal!. Tampilannya amburadul, gak jelas. Ukuran media screen yang tampak di ponsel saya itu ternyata bukan max-width:480px, tapi 760px!. Saya frustasi dan merasa sia-sia saja melakukan peresponsivan sendiri. Akhirnya saya berpikiran untuk mengubah template dengan template responsive yang tersebar di Internet terutama kepunyaannya maskolis. Akan tetapi saya perlu pertimbangan yang matang dengan melihat data di google analitik dan hasil perolehan iklan PPC saya. Dan ternyata, di google analitik, justru ada penurunan dalam hal bouncerate. Yang tadinya 43%, sekarang membengkak menjadi 51% !. Jumlah pageview yang tadinya menyentuh 273ribu perhari, sekarang tinggal 50ribuan saja, meski untuk unique visitornya stabil, 20ribuan perhari. Berdasar hal itu saya berhipotesa, bahwa kebanyakan unique visitor akan langsung pergi meninggalkan laman landasnya, tanpa berkunjung ke halaman lain. Hal itu dikarenakan, widget popular post, post terbaru, archive, dan tentu related post posisinya ada di bawah artikel/posting, hal ini yang tidak menjadi minat lagi bagi pengunjung karena terlalu panjang untuk menscroll ke bawah. Sekalipun link internal selalu saya buat dalam setiap posting (wajib, minimal 1), tapi hal itu tidak mempengaruhi melonjaknya bounce rate. Hal yang berbeda ketika saya belum merubah template jadulnya. Meskipun tampak kecil ketika loading pertama di ponsel, toh pengunjung pasti akan mentouchnya atau mengetuknya sampai kelihatan besar. Sekalipun lama, saya berasumsi mereka akan tetap menunggu, daripada harus mencari lagi di google atau mesin pencari lainnya. Sehingga semua isi blog seperti yang ada di ukuran laptop/kamputer max-width:1280 akan terlihat semua di ponsel tersebut. Termasuk semua widget seperti tersebut di atas. Yah, meskipun lemot, kadang user tak melulu menyalahkan blog kita karena menggunakan template non responsive. Bahkan lebih banyak mereka menyalahkan providernya...padahal, template kita juga berpengaruh cepat tidaknya loading sebuah blog. Selain pengamatan berdasar data di google analitik, penghasilan yang saya dapat dari klik ppcpun menurun sangat drastis. Biasanya mencapai 20.000 rupiah perhari, sekarang tinggal 5-8ribuan perhari saja !. Jumlah tampilnya iklan ppc per unitpun sangat jomplang. Untuk iklan yang ada di widget, munculnya iklan perhari hanya 10 ribu kali tayang saja, sementara untuk iklan yang ada tepat di bawah posting, jumlahnya hampir sama dengan ketika template belum dirubah, yaitu 25 kali tayang perhari. Sayangnya, iklan ppc kliksaya di bawah posting itu tidak mendongkrak klik dari pengunjung,meski jumlah munculnya iklan perhari paling banyak. Sedangkan yang ada di widget, jumlah kliknya juga menurun drastis lantaran jumlah tayangnya juga menurun. Bahkan hari ini, untuk klik ppc di salah satu widget saya 0 rupiah !..Padahal iklan ppc yang tadinya ada di widget sebelumnya menjadi sumber penghasilan tertinggi dibandingkan dengan yang ada tepat di bawah posting. Ya jelas saja, ketika saya rubah ke responsive, semua iklan ppc di widget kan pasti ada di bawah sekali. Belum lagi jika postingnya panjang. Hal ini berbeda ketika sebelum saya rubah. Di mana seluruh isi blog ada didalam ponsel (terutama ukuran 320) termasuk semua widget disamping posting, yang kadang ketika user mengetuknya untuk memperbesar, tidak sengaja mengklik iklan. Saya benar-benar bingung dengan kondisi ini. Padahal seluruh blog pesaing saya, template sudah diganti ke responsive. Dan ketika saya cek di blog, kecepatannya 2 kali lipat dari template jadul saya, yang sementara ini saya rubah kembali ke template nonresponsive sebagai komparasi. Hmmm....reponsive atau tidak ya?........tunggu cerita selanjutnya...he..he...