Kabupaten Grobogan terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan ibu kota kabupatennya di Purwodadi. Kabupaten ini merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah dengan luas 1.975.865 km2 setelah Kabupaten Cilacap. Bicara mengenai wisata, mungkin Kabupaten Grobogan belum seterkenal Yogyakarta maupun daerah-daerah lain yang mengandalkan sektor wisata sebagai salah satu pilar perekonomiannya. Meskipun demikian Kabupaten Grobogan memiliki obyek wisata bernama Bledug Kuwu yang merupakan jenis obyek wisata langka di Indonesia. Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah Menuju Bledug Kuwu Bledug Kuwu tepatnya terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Jarak tempuh dari Kota Surakarta adalah sekitar 87,5 kilometer dengan rute termudah yaitu: Solo - Bledug Kuwu Ambil arah melalui Jalan Raya Solo-Purwodadi. Terus ikuti jalan utama tersebut sejauh sekitar 61 kilometer hingga dijumpai sebuah gapura bertuliskan “Grobogan Bersemi”. Belok kanan pada perempatan lampu merah pertama setelah gapura tersebut. Lurus mengikuti jalan tersebut sejauh sekitar 23 kilometer hingga mentok di sebuah pertigaan. Ambil arah kiri di pertigaan tersebut. Cukup lurus saja ikuti jalan tersebut maka nantinya di kiri jalan kawasan Bledug Kuwu sudah terlihat. Pintu masuk menuju Bledug Kuwu ada di pinggir jalan sehingga tidak sulit untuk ditemukan. Kawasan parkir yang ada pun sudah memadai baik untuk sepeda motor sampai bus besar. Tarif parkir dan harga tiket masuk juga tidaklah mahal sehingga pengunjung tidak perlu khawatir akan budget yang harus dipersiapkan. Bledug Kuwu Nama “Bledug Kuwu” berasal dari “Bledug” yang diambil dari Bahasa Jawa bermakna “Letupan”, sedangkan “Kuwu” adalah nama desa lokasinya. Seperti namanya, letupan-letupan lumpur disertai gas senantiasa terjadi di Bledug Kuwu dengan ketinggian rata-rata 2-3 meter karena memang merupakan kawah lumpur (mud volcano). Letupan kawah yang besar berada di kawah utamanya yang terlihat jelas dari pintu masuk. Menurut petugas di sana, letusan kawah biasanya besar-besarnya di musim penghujan saat kondisi lumpur menjadi lebih lunak karena hujan. Kawasan Bledug Kuwu Kawah lumpur tersebut merupakan endapan lumpur tebal dan juga terdapat akumulasi kandungan gas di dalamnya sehingga membentuk ruangan yang tebal dan luas di dalamnya. Selain lumpur dan gas, letupan Bledug Kuwu juga turut mengeluarkan kandungan air bercampur garam. Air asin yang ikut keluar tersebut memunculkan mitos bahwa Bledug Kuwu terhubung dengan laut; baik itu laut utara atau selatan Jawa. Letupan Kawah Bledug Kuwu Petani Garam di Bledug Kuwu Selain membawa manfaat di bidang pariwisata, ternyata keberadaan Bledug Kuwu juga memberi manfaat bagi para petani garam yang lazimnya terdapat di pinggir pantai. Kandungan air bercampur garam yang turut keluar dari kawah lumpur ternyata dapat dimanfaatkan untuk membuat garam. Lokasi petani garam agak terpisah dari lokasi letupan, namun tidak begitu jauh sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Sudah ada plang penunjuk jalan yang menunjukkan lokasi petani garam tersebut. Petani Garam Bledug Kuwu Metode yang digunakan oleh para petani garam di Bledug Kuwu terbilang klasik dan sederhana. Mereka mengalirkan air dari kawah dengan membuat saluran air sederhana sehingga air akan berkumpul di dekat mereka. Air pun kemudian diambil dan dituangkan di bilah-bilah bambu yang dibelah menjadi dua. Air di bilah bambu tersebut kemudian dijemur di bawah teriknya matahari dan bila sudah kering maka garam yang tertinggal dikumpulkan menjadi satu di sebuah kendi. Garam Bledug Kuwu Jika pengunjung ingin mengambil foto, maka tarif yang dikenakan yaitu Rp5.000,00. Hitung-hitung beramal untuk membantu perekonomian para petani garam tersebut. Jika ingin mewawancarai secara eksklusif, lebih baik untuk memberikan lebih sebagai ganti waktu bekerja mereka yang terbuang karena diwawancarai. Garam khas Bledug Kuwu ini bisa dibeli di sekitar pintu masuk sebagai suvenir untuk dibawa pulang. Legenda Bledug Kuwu Bledug Kuwu sendiri memiliki legenda yang menarik. Konon katanya lubang kawah yang meletup tersebut merupakan bekas jalan bawah tanah Jaka Linglung dengan berwujud seekor naga. Jaka Linglung adalah anak dari Prabu Aji Saka yang mana karena wujudnya adalah seekor naga, maka Jaka Linglung harus melaksanakan tugas ayahnya agar dapat diakui sebagai anak. Lubang Bekas Naga? Tugas yang diberikan Aji Saka kepada Jaka Linglung adalah mengalahkan Prabu Dewatacengkar yang berbuat keonaran di laut selatan. Jaka Linglung kemudian menyanggupi permintaan ayahnya dan pergi ke laut selatan untuk mengalahkan Prabu Dewatacengkar lewat bawah tanah. Jaka Linglung pun berhasil dan akhirnya mendapat pengakuan sebagai anak oleh ayahnya; Prabu Aji Saka. Info Jam Buka: 07.00 – 18.00 WIB Tiket Masuk Rp5.000,00 Tarif Parkir Rp2.000,00 (Sepeda Motor) Tarif Foto Petani Garam Rp5.000,00 Fasilitas Warung makan, toilet, mushalla, gazebo, penjual suvenir, area parkir Jam Kunjungan Terbaik Selama jam buka asalkan tidak hujan SUMBER
Ngeri juga ya kala sampe besar kaya lapindo, malah jadi wisata ya? apakah ada kajian kedepannya akan seperti apa?
Kayanya ga berbahaya gan, malah bermanfaat buat warga sekitar khususnya petani, bisa menjadi tujuan wisata juga
Bledug Kuwu sudah ada sejak dulu (jauh sebelum lapindo) dan sepertinya nggak tambah besar/luas. Orang Belanda mengunjungi Bledug Kuwu (tahun 1932)
Wah makasih kang Andre Pencerahannya, memang kurang terkenal ini, masih kalah jauh populer dibandingkan lapindo... ternyata bersejarah juga ya