Kaki Tiga Menjangan - Pangeran Menjangan

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Dec 11, 2014.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Sejak masa purbakala, kota Yang-ciu sudah terkenal
    sebagai daerah istimewa.
    Apalagi sekarang, sepanjang hari kota Yang-ciu
    selalu ramai, Berbagai toko memenuhi
    sepanjang jalan.
    Tahun pertama kedudukan kaisar Kong Hi dari dinasti
    Ceng, Di samping telaga Siu
    Sai, Yang-ciu, ada sebuah bangunan besar tempat
    hiburan. Saat ini baru masuk musim
    semi, lentera-lentera tergantung menerangi seluruh
    tempat itu.
    Bangunan yang bernama Li Cun Goan
    mengumandangkan berbagai jenis suara. Ada
    ketukan bambu, ada suara teriakan para laki-Iaki
    yang sedang bertaruh kepalan tangan.
    Ada pula suara tertawa cekikikan.
    Maklumlah, Li Cun Goan memang menyediakan
    banyak wanita penghibur. Ada juga
    yang sudah setengah mabuk sehingga bernyanyi-
    nyanyi dengan suara sumbang,
    Pokoknya suasana bising sekali sampai di taman pun
    terdengar jelas.
    Tiba-tiba, dari arah utara dan selatan terdengar suara
    bentakan serentak.
    "Para sahabat yang ada di dalam gedung, para nona-
    nona cantik dan teman-teman
    yang sedang menghamburkan uang, harap
    dengarkan: Kami ingin mencari seseorang
    Tidak ada urusannya dengan kalian semua. Siapa
    pun tak boleh berkoar-koar atau
    ribut-ribut, siapa yang tidak mendengar perintah
    kami, jangan salahkan apabila kami
    mengambil tindakan keras"
    Suasana hening seketika. Tetapi sesaat kemudian
    terdengarlah suara jeritan
    beberapa orang wanita dan suara teriakan laki-Iaki
    yang keras. Keadaan di tempat itu
    jadi kacau tidak karuan.
    Di tengah-tengah ruangan Li Cun Goan itu ada
    belasan laki-laki yang duduk
    mengitari tiga buah meja, Di samping masing-masing
    ditemani seorang wanita
    penghibur. Mendengar suara bentakan tadi, wajah
    mereka semuanya berubah.
    "Ada apa?"
    "Siapa?"
    "Apakah ada pemeriksaan dari pihak kerajaan?"
    Berbagai pertanyaan tercetus
    serentak.
    Dalam waktu yang bersamaan terdengar suara
    ketukan keras di pintu, para pelayan
    dan wanita penghibur jadi bingung. Untuk sesaat
    mereka tidak tahu apa yang sebaiknya
    dilakukan. Apakah harus membuka pintu atau
    membiarkannya saja?
    Terdengar suara benturan yang keras, rupanya pintu
    ruangan itu sudah didobrak
    sehingga terbuka. Disusul dengan masuknya belasan
    laki-laki bertubuh kekar.
    Para laki-laki itu mengenakan pakaian yang ringkas,
    kepala diikat dengan selendang
    putih. Tangan masing-masing membawa golok yang
    berkilauan menandakan tajamnya.
    Ada pula beberapa orang yang membawa
    pentungan besi.
    Sekali lihat saja para tamu maupun wanita
    penghibur di dalam gedung itu sudah
    mengenali mereka sebagai para begajul yang biasa
    malang melintang di sekitar wilayah
    itu.
    Agaknya mereka tidak dapat disamakan seperti
    begajuI-begajuI biasanya, karena
    rombongan itu berkumpul di bawah naungan
    seorang pemimpin dan mereka hanya
    mengadakan jual beli garam selundupan.
    Pada zaman itu, baru terjadi peralihan dinasti, harga
    garam tinggi sekali. Siapa yang
    bisa menyelundupkan garam dan kemudian
    menjualnya dengan harga di bawah
    pasaran, akan menjadi kaya raya. Rombongan inilah
    penyelundup garam tersebut
    kecuali itu mereka tidak pernah merampok ataupun
    melakukan kejahatan lainnya.
    Meskipun demikian, kegarangan mereka kali ini
    berbeda dengan biasanya. Hal ini
    membuat para tamu maupun wanita-wanita
    penghibur di Li Cun Goan itu bertanyatanya
    apa kemauan mereka sebenarnya.
    Seorang laki-laki berusia kurang lebih lima puluhan
    tahun segera keluar dari
    rombongan itu.
    "Para sahabat sekalian, maafkan gangguan kami ini"
    Selesai berkata, dia segera
    menjura ke kiri dan kanan, kemudian berteriak lagi
    dengan suara Iantang. "Sahabat she
    Ci dari Tian-te hwe, Cia lao-liok apakah ada di sini?"
    Matanya mengedar di antara para
    tamu.
    Para tamu yang bertemu pandang dengan sinar
    matanya, langsung ciut hatinya.
    Tetapi mereka berpikir dalam hati, Mereka toh hanya
    mencari orang yang
    berkecimpungan dunia kangouw, pasti tidak
    mencampur adukkan urusannya dengan
    orang lain yang tidak bersangkutan.
    Laki-laki setengah baya tadi berteriak sekali dengan
    suara keras.
    "Cia lao-liok, sore ini di tepi telaga Siu Sai, kau
    mengoceh sembarangan mengatakan
    bahwa kami para penyelundup garam Yang-ciu
    terdiri dari orang-orang yang tidak
    berguna. Tidak berani membunuh petugas kerajaan,
    hanya berani main belakang.
    Mengadakan usaha yang pengecut. Di sana kau
    berteriak-teriak seenak perutmu
    dengan mengatakan bahwa apabila kami tidak puas,
    boleh datang ke Li Cun Goan
    untuk mencarimu Nah, sekarang kami sudah datang,
    Cia lao-liok, kau toh seorang
    pentolan dari Tian-te hwe, mengapa sekarang
    menjadi anak kura-kura yang
    menyurutkan kepalanya?"
    Para laki-laki yang datang bersamanya seperti beo
    yang latah berteriak serentak:
    "Pentolan dari Tian-te hwe, mengapa jadi kura-kura
    yang menyurutkan kepalanya?"
    "Eh, kalian semua sebetulnya kalian dari Tian-te hwe
    atau Sut-thau hwe
    (perkumpuIan menyurutkan kepala)?" teriak yang
    lainnya.
    "Kata-kata itu hanya diucapkan oleh Cia lao-liok
    seorang, tidak ada urusannya
    dengan orang lain. Meskipun kami hanya mencari
    sesuap nasi dari beberapa patah kata
    dan tidak sanggup bersaing dengan segala Tian-te
    hwe, tapi setidaknya kami bukan
    orang-orang seperti kura-kura yang hanya bisa
    menyusutkan kepalanya dalam batok"
    kata laki-laki setengah baya yang pertama tadi.
    Setelah menunggu beberapa lama, masih tidak
    terdengar sahutan dari orang yang
    dipanggil Cia lao-liok, laki-laki setengah baya tadi
    membentak lagi.
    "Cari ke setiap bagian bangunan ini, Kalau bertemu
    dengan Cia lao-liok, undang dia
    keluar Diwajah orang ini ada bekas bacokan golok
    yang cukup panjang, mudah
    dikenali"
    Tiba-tiba dari kamar sebelah timur berkumandang
    suara yang serak tapi gagah.
    "Siapa yang pentang mulut keras-keras di sini,
    mengganggu ketenangan lohu saja?"
    "Cia lao-liok ada di sini"
    "Cia lao-liok, cepat menggelinding keluar" teriak
    rekan-rekan laki-laki setengah baya
    tadi.
    "Maknya Anjing tua itu nyalinya sungguh besar"
    teriak yang lainnya.
    Orang di dalam kamar sebelah timur itu tertawa
    terbahak-bahak,
    "Lohu bukan she Cia, tetapi mendengar kalian
    memaki-maki Tian-te hwe, telinga tua
    ini jadi gatal. Meskipun lohu bukan orang Tian-te
    hwe, tapi maklum bahwa setiap
    anggota Tian-te hwe terdiri dari laki-laki sejati. Kalian
    yang bermulut ember bocor masih
    tidak pantas menenteng sepatu mereka atau
    menceboki pantat mereka sekalipun"
    Rombongan yang datang itu marah sekali, mereka
    memaki-maki serabutan. Tiga di
    antaranya langsung mengayunkan golok dan
    menerjang ke kamar sebelah timur.
    Sesaat kemudian terdengarlah suara mengaduh dan
    mengerang dari mulut mereka.
     
  2. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
Loading...

Share This Page