Ketika Media TV Menjadi Alat Propaganda Pribadi Pemiliknya

Discussion in 'Politik' started by misterius, Jun 15, 2014.

  1. misterius

    misterius Member

    Joined:
    Feb 5, 2013
    Messages:
    267
    Likes Received:
    22
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Di Indonesia saat ini ada dua televisi khusus berita, yaitu Metro TV dan TVOne. Saya kalau menyetel TV, maka selalu yang saya lihat adalah siaran berita, kalau tidak TVOne ya Metro TV, gantian saja, sesekali siaran berita dari TV lain. Tayangan sinetron, gosipinfotainment, dan komedi slapstick lainnya adalah tayangan sampah yang tidak perlu dilihat. Kedua stasiun TV ini terkesan saling bersaing merebut pemirsa. Dulunya hanya ada Metro TV, nyaris tanpa ada pesaing yang berarti. Tetapi, ketika TVOne muncul merebut perhatian, maka Metro TV pun merasa tersaingi. Hanya dalam tempo satu tahun TV One akhirnya berhasil menyalip dan mengungguli Metro TV, baik dari segi rating, kue iklan, maupun jumlah pemirsa, demikian paparan hasil survei AC Nielsen. Harus diakui gebrakan TVOne dalam mengemas berita dan tayangan programnya lebih kreatif dan tidak konservatif seperti Metro TV, dan ternyata strategi itu begitu jitu dalam merebut perhatian. Jika anda pergi ke rumah makan, restoran, maupun tempat-tempat umum lainnya yang memasang TV untuk menemani pengunjung, maka perhatikan stasiun TV apa yang rata-rata diputar, pastilah TV One.

    [​IMG]
    [​IMG]
    Saya tidak hendak membicarakan persaingan kedua stasiun TV ini, biarlah itu urusan bisnis keduanya. Yang saya persoalkan adalah penggunaan stasiun TV untuk propaganda pemiliknya, termasuk untuk menyerang lawannya. Semua orang tahu kalau Metro TV itu kepunyaan Surya Paloh, sedangkan TV One (dan juga ANTV) kepunyaan Aburizal Bakrie. Jika Surya Paloh memberikan pidato dalam suatu acaranya, maka stasiun TV miliknya itu pasti akan menyiarkan secara lengkap tayangan pidato itu, kira-kira 15 menit hingga 30 menit lamanya tanpa jeda iklan. Sangat membosankan melihat gaya pidato orang ini, penuh retorika, sudah itu lamaaa lagi. Segera saja banyak pemirsa akan mengalihkan salurannya ke TV lain. Hal yang sama juga pada TV One bila Aburizal Bakrie berpidato, baik pada acara Golkar maupun pada acara yang menghadirkannya sebagai pemberi sambutan, hanya memang tidak selama tayangan Surya Paloh.

    Sekarang kedua orang ini saling berseberangan, terutama ketika Surya Paloh gagal terpilih menjadi Ketum Golkar, Aburizal Bakrie yang terpilih. Surya Paloh mutung dari Golkar, lalu membuat ormas sendiri bernama Nasional Demokrat. Sejak itu, pemirsa melihat aroma tidak sedap dalam pemberitaan kedua stasiun TV ini. Berita-berita Metro TV terlihat “menyerang” dan memojokkan Aburizal Bakrie, baik secara pribadi maupun kebijakannya (dan Gokar tentunya). Sasaran tembaknya adalah melalui kasus Gayus yang diduga memanipulasi laporan pajak perusahaan grup Aburizal Bakrie, seperti Kaltim Prima Coal, Bumi Resources, dan lain-lain. Tidak hanya melaui media TV, tetapi Surya Paloh juga memojokkan Bakrie melalui media koran miliknya juga, Media Indonesia. Tidak hanya Bakrie, stasiun TV ini juga aktif menyerang Pemerintahan SBY dimana Aburizal Bakrie adalah sekjen Koalisi. Kasus RUU Yogyakarta adalah yang paling anyar untuk membenturkan SBY dengan Raja Yogya.

    Serangan Aburizal Bakrie terhadap Surya Paloh melalui TV One miliknya juga tidak kalah seru. Bakrie melarang semua orang-orang Golkar bergabung dengan Nasional Demokrat yang dipimpin Surya Paloh. Ancamannya adalah dipecat. Puncaknya adalah ketika Aburizal Bakrie tidak bersedia melayani wawancara apabila diantara wartawan yang merubunginya itu ada yang dari Metro TV, karena ia menilai stasiun TV ini sudah mendiskreditkan dirinya.

    Juga sangat menarik membandingkan bagaimana kedua stasiun TV ini memandang kasus lumpur Lapindo. Kasus Lapindo juga dijadikan Metro TV untuk menyudutkan Bakrie. Metro TV selalu menyatakan kasus lumpur Lapindo sebagai kelalaian manusia (human error) dan Bakrie harus bertanggung jawab, sedangkan TV One mengutip pernyataan geolog luar negeri yang menyatakan lumpur Lapindo adalah bencana alam akibat gempa di Yogyakarta beberapa tahun lalu, oleh karena itu secara implisit mereka menyatakan kesalahan bukan pada Aburizal Bakrie (kepada alam kali?)

    Sangat memuakkan melihat penggunaan kedua media TV itu untuk propaganda pribadi pemilik dan alat untuk menyerang lawannya. Harus diingat bahwa frekuensi saluran TV adalah milik publik yang dikuasai oleh Negara, maka publik mempunyai hak untuk menerima informasi yang bermutu. Penggunaan saluran frekuensi untuk menyerang pihak lain jelas sebuah pelanggaran terhadap hak pemirsa. Media yang menggunakan frekuensi itu seharusnya netral dalam memberitakan sesuatu, biarlah publik yang menilai benar salahnya. Kalau berseteru ya berseteru saja, tetapi jangan libatkan publik untuk dukung mendukung melalui media yang dimiliki. Media publik seperti TV adalah untuk kepentingan umum. Masyarakat sebenarnya dapat menuntut Pemerintah untuk mencabut saluran frekuensi TV jika media TV digunakan tidak untuk kepentingan masyarakatm tetapi untuk kepentingan pribadi.
    *Sumber bukan milik TS*
     
  2. Lucas Adie

    Lucas Adie Member

    Joined:
    Mar 23, 2014
    Messages:
    248
    Likes Received:
    7
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Memang menjengkelkan. Begitulah, walaupun televisi itu sebuah media yang dikonsumsi publik dan katanya di kontrol oleh negara, namun nyatanya yang namanya perusahaan kalau dikuasai oleh perorangan alias swasta, maka dipastikan aktifitas perusahaan tsb akan disetir oleh sang pemilik. Kalau caari yang netral TVRI mgkn bisa dijadikan rujukan
     
  3. iskandar22

    iskandar22 Member

    Joined:
    Sep 26, 2013
    Messages:
    802
    Likes Received:
    40
    Trophy Points:
    28
  4. Ardilas

    Ardilas Super Level

    Joined:
    Feb 18, 2013
    Messages:
    4,243
    Likes Received:
    317
    Trophy Points:
    83
    Google+:
    Kalau tidak salah KPI pada beberapa waktu yang lalu juga menyatakan beberapa stasiun TV melakukan pelanggaran dalam hal politik.
     
  5. Abid Rakhmansyah

    Abid Rakhmansyah New Member

    Joined:
    Jun 13, 2014
    Messages:
    11
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    wah di TVku malah g ada Metro TV jadi g tau gmna beritanya xD
     
  6. budiw92

    budiw92 Member

    Joined:
    Feb 11, 2013
    Messages:
    724
    Likes Received:
    35
    Trophy Points:
    28
    Google+:
    benar tapi sepertinya hanya sekedar wacana, buktinya sampai sekarang masih saling serang :D
     
  7. shofighter

    shofighter Member

    Joined:
    Mar 6, 2013
    Messages:
    236
    Likes Received:
    9
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Kalo saya lihat juga media online yang berinisial detik juga gitu, mendukung salah satu pihak dan agak menggeser pihak lain
     
  8. rattan

    rattan Active Member

    Joined:
    Apr 29, 2014
    Messages:
    984
    Likes Received:
    35
    Trophy Points:
    48
    Google+:
    Net TV saat ini yg netral.. ntah nanti
     
  9. Gagat Riyadi

    Gagat Riyadi Member

    Joined:
    May 10, 2014
    Messages:
    154
    Likes Received:
    8
    Trophy Points:
    18
    Metro sama tv one sama2 parah, apalagi dlam pemeberitaan capres tahun ini..kelihatan banget yg menjelek2kan, apalagi tv one itu.. Sampai2 dapet sanksi dari KPI. Kembalikan ke netralan tv publik..
    *benci*
     
  10. dellmensen

    dellmensen Member

    Joined:
    May 12, 2014
    Messages:
    131
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    16
    tunggu saja tiap partai akan punya stasiun tv masing" :p
     
  11. masmun

    masmun Member

    Joined:
    Feb 1, 2013
    Messages:
    192
    Likes Received:
    3
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Sebenarnya hal seperti ini sudah terjadi dari dulu hanya saja kali ini yang saling serang adalah 2 stasiun tv swasta yang lebih menonjolkan tentang berita. Tinggal bagaimana penialaian masyarakat saja menelaah bagaimana objektifitas dari keduanya.
     
  12. Ajiks Blog

    Ajiks Blog New Member

    Joined:
    Jul 10, 2014
    Messages:
    48
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    6
    Google+:
    Ketika media tv menjadi alat propaganda pemiliknya
    Berita yang tayang di tv jadi lebih membosankan:mad:
    Lebih baik lihat film kartun daripada lihat pidato 30 menit tapi nggak ada efeknya:D:D
     
Loading...

Share This Page