Kisah si Bangau merah - kho ping hoo

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Dec 10, 2014.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Hujan pertama semalam amat lebatnya, deras dan
    merata sam-pai puluhan li jauhnya,
    melegakan hati para petani. Melegakan tanah kering
    yang sudah berbulan-bulan merindukan
    air. Pagi hari ini udara amatlah cerah, seolah
    matahari lebih berseri daripada biasanya, seperti
    wajah seorang kanak-kanak tersenyum-tawa
    sehabis menangis. Kewajaran yang indah tak
    ternilai.
    Seluruh permukaan bumi segar berseri seperti
    seorang puteri jelita baru keluar dari danau
    sehabis mandi bersih. Daun-daunan nampak hijau
    segar dan basah, demikian pula bunga-
    bunga, walaupun tidak tegak lagi melainkan banyak
    me-nunduk karena hembusan air dan
    angin semalam, Tanah yang disiram air selagi
    kehausan itu, mengeluarkan uapan bau tanah
    yang sedap, bau yang mengingat-kan orang pada
    masa kanak-kanak ketika dia bermain-main
    dengan lumpur yung mengasyikkan.
    Burung-burung pun lebih lincah pagi itu. Suasana
    menakutkan mereka sema-lam, hujan dan
    angin ribut, merupakan bahaya malapetaka yang
    telah lewat dan mereka menyambut
    munculnya matahari pagi dengan kicau saling
    sahutan, dan mereka siap-siap berangkat
    bekerja mencari makan. Kegembiraan nampak pada
    wajah para petani yang memanggul
    cangkul, berangkat ke sawah ladang yang ki-ni
    kembali menjadi subur menumbuhkan
    harapan hasil panen yung baik,
    Segala sesuatu di dunia ini nampak indah selama
    kita tidak menyimpan ke-nangan masa lalu.
    Kenangan hanya menimbulkan perbandingan dan
    perbandingan menghilangkan keindahan
    saat ini.
    "Yo Han, engkau ini bagaimana sih?. Aku dan
    suhumu bersungguh-sungguh mengajarkan
    dasar-dasar ilmu silat kepada-mu, akan tetapi
    engkau selalu acuh me-nerimanya, buhkan tidak
    mau berlatih." Suara wanita yang mengomel ini pun
    merupakan sebagian dari keindahan pagi
    itu kalau tidak dinilai. Perusak keindahan adalah
    penilaiun dan perbandingan.
    Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo >
    published by buyankaba.com
    1
    Anak laki-laki itu berusia dua belas tahun. Dia berdiri
    dengan sikap hormat, namun pandang
    matanya sama sekali ti-dak memperlihatkan rasa
    takut kepada wanita yang menegurnya,
    wanita yang duduk di atas bangku di depannya.
    Mere-ka berada di kebun yang terletak di
    be-lakang rumah, di mana tadi anak laki-laki itu
    menyapu kebun yang penuh dengan daun-
    daun yang berguguran semalam.
    Wanita itu adulah Kao Hong Li atau Nyonya Tan Sin
    Hong. Suami isteri pendekar ini sejak
    menikah lima tahun yang lalu, tinggal di kota Ta-
    tung, di sebelah barat kota raja Peking, di
    mana mereka membuka sebuah toko rempa-rempa
    dan hasil pertanian dan perkebunan.
    Tan Sin Hong adalah seorang pende-kar yang
    terkenal, walaupun kini dia hidup dengan
    tenang dan tenteram di kota Ta-tung, tidak lagi
    bertualang di du-nia persilatan. Dia pernah
    terkenal seka-li dengan julukannya Pendekar Bangau
    Putih atau Si Bangau Putih. Julukannya
    ini adalah karena dia merupakan satu-satunya
    pendekar yang menguasai ilmu silat Pek-ho
    Sin-kun (Silat Sakti Bangau Putih) ciptaan dari
    mendiang tiga orang sakti yang
    menggabungkan ilmu-ilmu mereka, yaitu mendiang
    Kao Kok Cu Si Naga Sakti Gurun Pasir,
    isterinya Wan Ceng, dan Tiong Khi Hwesio atau Wan
    Tek Hoat yang pernah terkenal dengan
    julukan Si Jari Maut Si Bangau Putih Tan Sin Hong
    pernah menggemparkan dunia persilatan
    dengan ilmu-ilmunya yang dahsyat. Akan tetapi
    setelah me-nikah, dia hidup dengan tenang
    tente-ram bersama isterinya di kota Ta-tung,
    walaupun usianya masih sangat muda, yaitu baru
    dua puluh tujuh tahun. Kesu-kaannya akan pakaian
    berwarna putih membuat dia lebih dikenal
    sebagai Si Bangau Putih.
    Tan Sin Hong seorang pria yang nam-paknya biasa
    dan sederhana saja, sikap-nya selalu
    lembut dan ramah. Hanya pada matanya sajalah
    nampak bahwa dia bukan orang
    sembarangan. Matanya itu kadang mencorong penuh
    kekuatan dan kewibawaan.
    Isterinya yang kini duduk di kebun, bernama Kao
    Hong Li, berusia dua puluh enam tahun.
    Isteri Si Bangau Putih itu pun bukan wanita
    sembarangan. Ia puteri pendekar Kao Cin Liong,
    bahkan cucu, Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir. Tidak
    mengherankan kalau nyonya muda ini
    pun memiliki ilmu silat yang hebat, walaupun tidak
    sehebat suaminya. Sukarlah menca-ri
    seorang yang cukup lihai untuk mampu menandingi
    Kao Hong Li.
    Kao Hong Li seorang wanita yang cantik. Wajahnya
    bulat telur dan kecan-tikannya terutama
    terletak kepada sepa-sang matanya yang lebar dan
    jeli. Sikap-nya lincah, gagah dan juga
    galak. Ia seorang wanita yang cerdik, pandai bica-ra.
    Seperti juga Tan Sin Hong yang pernah
    menikah dengan wanita lain ke-mudian bercerai, Kao
    Hong Li juga seorang Janda muda
    ketika menikah dengan Sin Hong.
    Biarpun kedua orang pendekar ini sa-ling mencinta
    ketika Mereka masih per-jaka dan gadis,
    namun keadaan membuat mereka tidak berjodoh
    dan menikah de-ngan orang lain. Tan Sin
    Hong menikah dengan Bhe Siang Cun, puteri guru
    silat Ngo-heng Bu-koan, sedangkan Kao
    Hong Li menikah dengan Thio Hui Kong, pute-ra
    seorang jaksa di kota Pao-teng, Na-mun,
    karena pernikahan ini tidak dilandasi cinta, sebentar
    saja terjadi keretak-an dan akhirnya
    keduanya bercerai dari isteri dan suami masing-
    masing. Dalam keadaan menjadi duda dan
    menjadi janda inilah mereka saling berjumpa
    kembali dan kegagalan perjodohan mereka
    ma-sing-masing itu makin mendekatkan dua hati
    yang memang sejak dahulu sudah saling
    mencinta itu. Dan mereka pun manjadi suami isteri.
     
  2. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
Loading...

Share This Page