Konflik Laut China Selatan dalam Perspektif Ekonomi

Discussion in 'General Discussion' started by tiyo, Feb 23, 2016.

  1. tiyo

    tiyo Member

    Joined:
    Nov 24, 2015
    Messages:
    42
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    8
    Secara geografis, Laut China Selatan memiliki luas tidak kurang dari 2 juta km2 wilayah kelautan. Besaran luas tersebut setara dengan 22% luas wilayah daratan China; sehingga tidak mengherankan jika luas wilayah ini menjadi salah satu alasan strategis mengapa Laut China Selatan diklaim oleh beberapa negara yang berbatasan langsung dengannya. Adapun negara-negara yang terlibat secara langsung atas sengketa Laut China Selatan ini antara lain: China, Vietnam, Taiwan, Malaysia, Phillipina, dan Brunei Darusallam.

    Dalam tinjauan ekonomi, data ekonomi dari organisasi internasional the World Wildlife Fund (WWF) menyatakan bahwa didalam Laut China Selatan terdapat kekayaan yang melimpah, meliputi: biota laut, gugusan karang dan koral, serta berbagai sumber hayati lainnya.

    Karena wilayah ini relatif terlindung dari gangguan badai berkat adanya gugusan karang sebagai penahan, maka wilayah ini menjadi tempat hidup yang sangat kondusif untuk berbagai kehidupan laut. Bahkan, dinyatakan juga bahwa Laut China Selatan menghasilkan kurang lebih 10% kebutuhan ikan secara global (World Wildlife Fund, Resource Scarcity in the South China Sea, 2015).

    Data lain yang dihimpun dari the United Nations Environment Programme (UNEP) memperkirakan terdapat setidaknya 1.8 hektare tanaman mangrove, 750 ribu hektare bebatuan karang, serta 73 ribu hektare kekayaan hayati berupa rumput laut. Apabila diberdayakan, maka sumberdaya tersebut bisa menghasilkan nilai setara US$ 6,000 juta/tahun (www.unepscs.org).

    Salah satu penelitian menyebutkan bahwa terdapat kurang lebih 11 miliar barrel persediaan minyak bumi di kawasan ini, dan sekitar 190 triliun kubik cadangan gas alam. Jumlah ini setara dengan cadangan minyak yang dimiliki Meksiko dan sekitar dua-pertiga cadangan gas di Eropa, tidak termasuk Rusia (Metelitsa and Kupfer, Oil and Gas Resources and Transit Issues in the South China Sea, 2014).

    (Konflik Laut China Selatan dalam Perspektif Ekonomi)
     
  2. NieeLz

    NieeLz Well-Known Member

    Joined:
    Aug 24, 2015
    Messages:
    1,787
    Likes Received:
    127
    Trophy Points:
    63
    Google+:
    bingung maksud dari berita ini @@
     
  3. rakiwen

    rakiwen Member

    Joined:
    Feb 11, 2016
    Messages:
    576
    Likes Received:
    47
    Trophy Points:
    28
Loading...

Share This Page