Merk Sangat Penting

Discussion in 'Online Business' started by bintaroweb, Apr 5, 2016.

  1. bintaroweb

    bintaroweb Member

    Joined:
    Jan 31, 2016
    Messages:
    148
    Likes Received:
    34
    Trophy Points:
    28
    Brand is a fragile thing. Saya tidak jarang mengfotokan brand layaknya sebuah guci dari jaman Mesir kuno. Guci tersebut tidak terkualitas harganya, tetapi begitu kami keliru menaruhnya serta tersenggol anak kecil serta kemudian pecah, maka guci tersebut seketika itu pula menjadi tidak ada kualitasnya.

    Untuk membangun brand Kamu perlu waktu bertahun-tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun. Tetapi oleh sebuahkejadian tertentu, brand yang telah tersadar demikian kokoh tersebut dapat hancur berkeping-keping. Upaya Kamu belasan bahkan puluhan tahun dapat habis sampai ke titik nol bahkan minus dalam waktu semalam.

    Brand luar biasa dunia semacam Enron alias Arthur Andersen mengalami faktor pahit ini di awal tahun 2000-an. Di masa jayanya, kualitas pasar Enron sempat pernah mencapai Rp 750 triliun. Tetapi begitu skandal korupsi yang menghebohkan seluruh dunia terkuak, kualitas kekayaan yang sangat besar itu musnah dalam semalam. Enron akhirnya bangkrut.

    Sebab itu saya juga tidak jarang berkata, yang paling susah itu bukanlah membangun brand sampai mencapai puncak berhasil. Tapi bagaimana menjaga serta memelihara brand yang telah kuat itu.
    Merk.jpg Merk.jpg


    Symbol of Shame

    Tragedi “guci pecah” di atas saat ini dialami Agung Podomoro Land (APL). APL adalah grup perusahaan properti terkemuka di negeri ini. Reputasinya sebagai pengembang begitu bersinar melewati sederetan mega proyek yang breakthrough serta inovatif. Tidak ada yang menyangkal bahwa dalam sepuluh tahun terbaru APL adalah the largest, the fastest growing, and the most innovative property developer in Indonesia. Melewati model kemitraan, performa pendanaannya nyaris tanpa batas, jadi sangat sedikit pesaing yang dapat menandinginya.

    Tetapi reputasi bisnis yang begitu cemerlang itu pupus dalam semalam ketika kami mendengar minggu ini perusahaan ini tersangkut skandal korupsi. Ini adalah tamparan luar biasa bagi brand reputation APL yang telah dibuat sulit payah selagi satu dekade terbaru. Business is about reputation. Ketika reputasi itu pupus maka hilang pula kepercayaan dari seluruh stakeholders: konsumen, karyawan, para mitra, serta pasti pasar modal.

    Untuk memulihkan brand reputation yang terlanjur rusak ini kami tidak lumayan hanya meperbuat kampanye PR (public relation), tapi wajib meperbuat revolusi mental serta merombak adat perusahaan hingga ke akar-akar. Meperbuat kampanye PR untuk memulihkan citra dengan memelintir pesan pasti mudah, tetapi menciptakan kembali rasa cinta, kebanggaan, serta kepercayaan di kalangan karyawan, konsumen, serta mitra bukanlah pekerjaan gampang.

    Semacam permasalahan yang dialami Enron, dalam kondisi guci telah pecah berkeping, maka brand yang awalnya adalah simbol kualitas serta kekegunaaanan (symbol of value), saat ini berubah drastis menjadi simbol hal-hal yang memalukan (symbol of shame). Ya, sebab citra brand kemudian diidentikan dengan hal-hal memalukan berupa praktek bisnis yang tidak benar semacam korupsi serta suap. Seusai skandal korupsi itu Enron menjadi brand of shame.

    Jangan Main-main

    Saya sangat bercita-cita menulis kolom ini, sebab permasalahan APL mengangkat pelajaran sangat berharga bagi dunia usaha di tanah air. Pelajarannya cuma satu: jangan main-main dengan brand reputation. Serta bahwa korupsi, kolusi, suap adalah penyakit yang selain menggerogoti hak-hak rakyat kecil, tapi juga menggerogoti brand reputation Kamu sebagai pengusaha. Begitu perusahaan telah diidentikan sebagai brand of shame maka pada saat itulah sesungguhnya awal dari keruntuhan bisnis Anda.

    Saya sangat terinspirasi dengan kata-kata indah yang ada dalam jingle APL yang hampir tiap akhir pekan saya dengar di TV. Begini bunyi jingle itu: “Seiring langkah membangun negeri/Pengalaman telah kuatkan kami/Senantiasa membangun dengan hati/Dalam kebersamaan serta harmoni.” Sesuai lirik jingle tersebut, sebagai pengusaha, saat ini saatnya kami membangun bisnis kami dengan hati, bukan dengan greedy yang berujung korupsi serta kolusi.

    Melewati kolom ini saya hanya dapat berharap APL adalah permasalahan terbaru. Saya kecewa, setiap kali ada permasalahan tangkap tangan KPK, di situ rutin ada pengusaha sebagai penyuap serta penyogok. Pengusaha kami wajib meperbuat revolusi mental. Serta menjadikan perusahaannya brand of value, bukan brand of shame.
     
  2. pluto01

    pluto01 Member

    Joined:
    May 18, 2015
    Messages:
    497
    Likes Received:
    69
    Trophy Points:
    28
    Nice shared Mas *bagus*
     
  3. CBCM

    CBCM Member

    Joined:
    Mar 1, 2016
    Messages:
    83
    Likes Received:
    13
    Trophy Points:
    8
    Sebenarnya apa yg dilakukan presdir APL itu sudah biasa :D tapi lagi apes aja :p

    jangankan sekelas APL, perhatikan aja kehidupan sehari2 disekitar kita,

    contoh: BIKIN KTP, KK BIAR CEPAT KASIH DUIT :D
     
Loading...

Share This Page