BolaSkor.com - Regele atau Si Raja, begitulah Gheorghe Hagi dikenali oleh suporter sepak bola di Rumania. Jika Argentina punya Diego Maradona, Brasil punya Pele sebagai ikon, maka Rumania memiliki Gheorghe Hagi. Hagi yang pernah membela Real Madrid dan Barcelona dalam kariernya memang tak pernah memenangi titel bersama Rumania, tak seperti Maradona dan Pele, tapi ia termasuk salah satu figur top di generasi emas sepak bola medio 1980 dan 1990-an. Melalui teknik bermain level tinggi, dribel berkelas, visi, operan bola, serta kemampuan menendang bola, Hagi adalah playmaker terkenal di eranya. Tak ayal julukannya tidak hanya Si Raja tapi juga Comandante (Si Komandan) dan Maradona dari Carpathians. Selepas era Hagi berakhir begitu banyak pemain-pemain muda berbakat yang disebut The Next Hagi hingga putranya Ianis Hagi, yang kini bermain di Rangers, tak lepas dari perbandingan itu (dan khususnya beban bayang-bayang nama besar sang ayah). Gheorghe Hagi adalah Gheorghe Hagi, tidak ada yang dapat menggantikannya. Akan tapi jika berbicara salah satu pemain dengan posisi bermain sepertinya, berbakat, dan jadi tulang punggung Rumania, maka ada satu nama yang tepat. Pemain itu adalah Nicolae Stanciu, pesepak bola berusia 27 tahun yang saat ini bermain di Republik Ceko bersama Slavia Praha. Gagal Main di Inggris, Karier yang Unik Di negaranya Nicolae Stanciu disebut Gheorghe Hagi modern dengan gaya bermainnya. Stanciu punya dua kaki sama bagusnya meski kaki kanannya lebih 'hidup', ia juga punya teknik bagus dengan sepakan bola bagus serta visi bermain. Stanciu lebih modern dengan kemampuan serba bisanya bermain sebagai penyerang sayap hingga gelandang serang. Sejauh ini Stanciu punya 43 caps dan torehan 10 gol dengan timnas Rumania. Kariernya tak banyak terdengar karena saat ini ia tak bermain di liga top Eropa, jadi wajar jika Stanciu meredup di kalangan media. Tapi pemandu-pemandu bakat Eropa selalu memasukkannya ke daftar pemain bertalenta. Percaya atau tidak Stanciu melewatkan dua kesempatan emas bermain di Inggris, bersama Chelsea. Itu terjadi pada 2010 ketika ia masih berusia 17 tahun dan membela klub Rumania Unirea Alba Iulia. Stanciu sempat menghabiskan waktu dua pekan berlatih di Chelsea meski ia sudah bermain di liga tertinggi di Rumania. "Saya diberitahu bahwa saya akan pergi ke Chelsea," kata Stanciu. "Ini suatu kehormatan besar bagi saya. Saya harap saya tidak akan mengecewakan mereka tetapi saya agak kewalahan, jujur saja." "Beberapa hari yang lalu tidak ada yang tahu tentang saya dan sekarang saya akan pergi ke salah satu klub terbesar di Inggris." Chelsea tertarik kepadanya dan Stuttgart juga menawarkan 500.000 euro untuk merekrutnya. Pada akhirnya Stanciu tak pindah karena usianya belum berumur 18 tahun Meski masih bermain di Rumania, dengan bakat yang dimilikinya Stanciu terus mempopulerkan namanya hingga pada musim 2015-2016 ketika membela Steau Bucuresti, setelah memperkuat Vaslui C, Chelsea datang coba merekrutnya. Chelsea memberi penawaran tujuh juta euro dan Bucuresti bersikeras di angka 10 juta euro. Tak ada titik temu dan Stanciu gagal pindah ke Inggris, namun uniknya pada 2016 dengan nominal 9,8 juta euro ia hengkang ke Anderlecht. Jalan karier yang dipilih Stanciu cukup unik. Pasca bermain di Anderlecht, Stanciu ke Sparta Praha dari 2017-2019, enam bulan di Arab Saudi bersama Al-Hilal, lalu pada 2019 membuat keputusan kontroversial ke Slavia Praha. Slavia Praha jadi pilihan yang tepat baginya. Kendati dilalui Stanciu dengan ujian mental karena dicap pengkhianat, teror fans kepada keluarganya karena Slavia rival bebuyutan Sparta, Stanciu justru berkembang di bawah arahan Jindrich Trpisovsky. "Pelatih tahu bagaimana memaksimalkan kemampuan saya. Saya sangat menghormatinya; kami semua begitu. Dia tahu sepak bolanya dengan baik," ucap Stanciu memuji Trpisovsky. Berkembang dan Perubahan Perspektif Pada usia 27 tahun kini Stanciu kian berkembang dengan kedewasaannya bermain. Stanciu semakin dinamis bergerak, bekerja keras tak kenal lelah, rajin mengeksploitasi ruang, dan kolektif dalam bertahan serta piawai mengambil tendangan bebas. Spesialis tendangan bebas Stanciu itu mengingatkan akan sosok pemain yang dikaguminya, Lionel Messi. Megabintang Barcelona menjadi idola 'baru' Stanciu sebab sebelumnya ia mengagumi superstar Juventus, Cristiano Ronaldo. Perubahan perspektif itu terjadi setelah Stanciu menghadapi langsung Messi dalam pertandingan Liga Champions. Pengalaman itu mengubah pandangan Stanciu kepada pemenang enam Ballon d'Or. "Sebelum saya bermain melawan Messi, saya berkata pada diri sendiri, 'Bagaimana dia bisa menggiring bola melewati semua orang? Orang-orang itu takut padanya!'," tutur Stanciu kepada PRO Sport. "Kemudian, saya bermain melawan Neymar, melawan (Eden) Hazard, saya telah melihat semuanya. Tapi Messi - Anda tidak bisa mengambil bola darinya." "Saya adalah penggemar berat Cristiano Ronaldo sebelum bermain melawan Messi. Tapi punggung saya mulai sakit sebelum otot Messi bergerak. Saya belum pernah melihat pemain seperti dia. Tidak pernah!" Dalam kariernya Stanciu tak pernah bermain di liga top Eropa. Tapi segalanya dapat terjadi dalam sepak bola. Usianya 27 tahun dan Stanciu bisa jadi dapat penawaran bermain di Inggris lagi, atau justru keajaiban membawanya ke Camp Nou bermain dengan sang idola. Sumber: Link