PEDANG BENGIS SUTRA MERAH - See Yan Tjin Djin

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Dec 12, 2014.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Sastrawan Pengecut
    Menurut pandangan orang, hidup sebagai seorang
    pesilat penuh dengan aneka
    ragam variasi, siapa yang tahu bahwa di bawah
    gemerlapannya baju ada
    tersimpan banyak kisah kesedihan dan kesusahan.
    Di sebuah jalanan, kendaraan berlalu lalang terus
    menerus, tapi ada juga yang
    tidak menggunakan kendaraan, mereka adalah
    pejalan-jalan kaki yang tidak
    mengunakan kendaraan.
    Sastrawan Berbaju Putih Pui Cie adalah salah satu
    diantara pejalan kaki yang
    banyak berlalu lalang, wajahnya muram dan
    kelihatan seperti sedang kesepian,
    seakan-akan di dunia ini dia hanya hidup seorang diri
    saja, dia sekarang sudah di
    lupakan orang, dia merasa hidup ini begitu sunyi dn
    sepi, meskipun sekarang dia
    berada di jalanan yang cukup ramai.
    Lie Se Kian yang seharusnya menjadi istrinya
    ternyata tidak berjodoh dengannya,
    Hie Ki Hong yang tidak terpikir sedikitpun didalam
    impiannya malah sekarang
    menjadi istrinya, semua ini terasa seperti mimpi yang
    sudah berlalu.
    Saudara kembarnya yang entah karena apa telah
    membuat rumah tangga dan
    perkawinannya berantakan, dia merasa sakit hati
    seumur hidupnya, kesedihan
    dan kekecewaannya serasa tidak bisa ditanggung,
    semua terasa menjdi hampa.
    Pui Cie berjalan tidak tahu arah tujuannya,
    didepannya sudah tidak ada lagi
    tempat persinggahan, malam ini dia tidak tahu akan
    berteduh dimana, pepatah
    mengatakan manusia punya rumah, burung punya
    sarang, tapi dia 'merasa tidak
    mempunyai tempat untuk singgah, dalam ingatannya
    dia merasa dia sebatang
    kara.
    Sudah dua bulan dia dalam keadaan sangat sedih
    dan kecewa, sehingga
    akhirnya dia meninggalkan keluarga Lie, sekarang
    dia merasa bingung, semua
    kegagahan dan kepintarannya hilang tidak berbekas.
    Dalam perjalanan yang dia lakukan tiba-tiba dari
    arah belakang terdengar suatu
    suara yang terasa nyaring yang menyapa, "Maaf,
    bisakah twako berhenti
    sebentar".
    Pui Cie pura-pura tidak mendengar, dia berjalan
    terus, suara itu menyapa lagi,
    "Twako Pui, berhentilah sebentar".
    Karena yang di panggil marganya mau tidak mau dia
    terpaksa berhenti, tapi dia
    tidak menoleh kebelakang dengan nada dingin dan
    ketus dia membalas, "Siapa
    itu".
    Satu bayangan bergerak mendatangi dari belakang,
    sesudah berada didepannya
    terlihat seorang anak muda yang masih belia dan
    berbaju biru berwajah tampan
    dan gagah, terlihat seperti memiliki ilmu silat yang
    tinggi tapi sangat asing, dia
    merasa belum pernah berjumpa dengan anak muda
    ini.
    Anak muda yang berbaju biru ini mengepalkan
    kedua tangannya lalu bersoja dan
    berkata, "Nama besar twako Pui sangat tersohor
    sekali, menyesal sekali siaute
    selama ini tidak ada kesempatan berkenalan, hari ini
    siaute bahagia sekali
    kebetulan bisa bertemu twako."
    Pui Cie yang hatinya dalam keadaan sedih dan
    kecewa, dia tidak mau banyak
    bergaul dengan siapapun, dengan angkuh dan dingin
    membalas menjawab,
    "Cayhe bukan bermarga Pui".Setelah berkata begitu
    dia berjalan lagi, kenyataan
    yang sebenarnya dia memang tidak bermarga Pui
    tapi bermarga Nan Kong, nama
    Pui Cie adalah pemberian satu tetua di dunia
    persilatan Ko Li Lang, dulu sewaktu
    memungutnya karena tidak tahu asal usulnya, hanya
    berdasarkan sebuah pek
    giok persegi yang dia pakai maka diberilah dia nama
    Pui Cie, demi membalas
    budi guru yang telah membesarkannya maka nama
    itu di pakainya terus, dia tidak
    mau lagi memakai marga aslinya
    Sekarang dia karena sedang kesal maka dipakailah
    nama aslinya, tapi bukan
    ingin menghapus nama pemberian sang tetuanya.
    Orang yang berbaju biru itu tidak marah dengan
    mencoba berjalan sejajar dia
    berkata, "Twako Pui janganlah menolak orang
    demikian rupa."
    Pui Cie bersuara cuek menjawab, "Kita kan tidak
    saling kenal."
    Pria berbaju biru tertawa, "Maaf. siaute salah, siaute
    lupa belum memperkenalkan
    diri. siaute marga Hu, bernama Seng Yi julukan
    'Sastrawan Pengecut (Bo Tah Su
    Seng), siaute sudah lama mengagumi twako, baru
    sekarang bisa berkenalan
    dengan twako. "
    Julukan 'Sastrawan Pengecut' yang aneh ini
    membuat Pui Cie tergerak juga
    hatinya, dilihat wajahnya tidak seperti penjahat,
    kalau bukan karena amanat
    gurunya, dia jauh jauh hari sudah meninggalkan
    dunia persilatan. Sekarang
    kondisinya sedang tidak ada semangat untuk
    berkenalan, masih dengan wajah
    dingin dia berujar, "Maaf, cayhe hanya orang kecil di
    dunia persilatan, tidak
    pantas dikagumi." Sambil berkata begitu dia
    menambah cepat langkahnya.
    Kesabaran 'Sastrawan Pengecut' ini ternyata amatlah
    besar, dia mengejar
    dengan langkah cepat agar sejajar, "Apakah Twako
    merasa Siaute tidak pantas
    untuk berkenalan?"
    Pui Cie menatap lurus ke depan, berkata, "Cayhe
    memang tidak suka bergaul."
    'Sastrawan Pengecut' tertawa terbahak-bahak dan
    berkata, "Twako berbeda
    denganku, kalau aku, aku ingin mengenal habis
    semua orang di dunia ini."
    Pui Cie sebal juga dilibat terus oleh pria yang
    cerewet ini, kebetulan didepannya
    ada jalan bercabang, dia melirik lawan bicaranya dan
    langsung berbelok ke jalan
    kecil gerakannya seperti melayang, pergi secepat
    kilat.
    Setelah agak lama berlari dan merasa yakin sudah
    jauh meninggalkan orang
    tersebut, baru dia memperlambat langkahnya
    Tidak disangka, dugaannya ternyata meleset,
    Sastrawan Pengecut itu ternyata
    masih tetap bisa menguntil di belakangnya dia
    berkata, " Ilmu silat Twako benar
    hebat, tidak ada duanya di dunia ini".
    Pui Cie terkejut bukan kepalang dalam hatinya
    berpikir, "Tidak di sangka dia
    seperti roh yang bisa terus membuntutiku, ilmu
    silatnya tentu luar biasa, entah
    mempunyai maksud apa dia terus
    membuntutiku".hatinya terkejut tapi dia tetap
    menenangkan diri seolah-olah tidak terjadi apa-apa,
    dia menghentikan langkah
    kakinya dan membalikan badan kepada Sastrwan
    Pengecut yang sedang
    tersenyum-senyum, dengan ketus Pui Cie berkata,
    "Apa keinginanmu yang
    sebenarnya".
    Sastrawan Pengecut bersoja seraya berkata, "Siaute
    hanya ingin berkenalan
    dengan Twako saja".
    "Sepertinya bukan itu saja."
    "Siaute bersungguh-sungguh."
    "Cayhe sudah berkata cayhe tidak suka berkenalan
    dengan sembarang orang."
    "Apakah Siaute tidak pantas?"
    Pui Cie marah dan dengan suara keras berkata,
    "Sobat, apa maksudmu yang
    sebenarnya, tolong jelaskan, aku paling tidak suka
    dibuntuti terus"
    Sastrwan Pengecut dengan muka serius berkata,
    "Kalau Twako berkata begitu
    Siaute jadi malu, sebenarnya Siaute ada sesuatu
    keperluan ingin minta tolong
    kapada Twako karena tidak kenal jadi sulit
    diutarakan, maka siaute mencari
    kesempatan mendekati Twako."
    Hati Pui Cie agak tertegun, sudah terlalu banyak dia
    mengalami masalah, dan
    tahu kotornya dunia persilatan dia tidak lantas
    percaya dengan perkataan orang
    tersebut, dengan seksama dia memperhatikannya
    lagi sambil berkata, "Minta
    pertolonganku?"
    Dengan muka bersungguh-sungguh Sastrwan
    Pengecut berkata, "Betul,"
    "Coba utarakan, aku ingin tahu."
    "Siaute minta bantuan Twako untuk menolong
    seseorang."
    "Menolong orang?"
    "Ya."
    "Ini kata bualan." "Maksud Twako....."
    "Melihat kemampuan ilmu silatmu, sudah begitu luar
    biasa, rasanya tidak perlu
    bantuanku lagi"
    Sastrawan Pengecut tersenyum dan berkata, "Karena
    Siaute pengecut maka
    dengan rendah hati siaute minta bantuan Twako."
    Tidak masuk akal, Pui Cie dengan nada dingin
    berkata, "Maaf sobat aku tidak
    punya keahlian, carilah orang yang lebih mampu"
    Sastrawan Pengecut dengan gelisah berkata, "Twako,
    tapi Siaute mengatakan
    yang sebenarnya, sama sekali tidak mengada-ada"
    Tiba-tiba wajahnya menjadi muram, "Siaute mau
    minta tolong Twako menolong
    ayah Siaute." "Apa..., ayahmu." "Ya."
    "Ayahmu sudah terkena musibah apa?"
    "Ah, kalau diceritakan malu juga, ayah Siaute
    sepuluh tahun terakhir demi sebuah
    cita-cita yang belum tercapai, hidup tanpa merasa
    gembira, Siaute tidak bisa
    berbuat banyak kecuali meminta bantuan Twako
    untuk menolongnya.
    "Cita-cita yang bagaimana?"
    "Ayah Siaute sudah sepuluh tahun menunggui
    sebuah lembah, maksudnya ingin
    bertemu dengan orang yang berada di dalamnya,
    tapi dia tidak bisa masuk
    kedalam lembah itu, juga tidak mau meninggalkan
    begitu saja."
    "Siapa yang berada didalam lembah itu?"
    "Tidak tahu, ayah Siaute tidak mau memberitahu."
    "Kenapa dia tidak bisa masuk
    kedalam lembah itu," "Karena ilmu silatnya terbatas."
    "Apakah kau mau menjadikan cayhe sebagai
    pembantu."
    "Tidak... hal ini bagi Twako hanya urusan sepele
    saja."
    "Melihat taraf ilmu silatmu ayahmu pasti bukan orang
    sembarangan, kan dirimu
    bisa bekerja sama dengan ayahmu..."
    "Siaute sudah bilang, Siaute seorang pengecut"
    Pui Cie jadi terpancing juga rasa ingin tahunya, ini
    adalah urusan yang tidak
    pernah terbayangkan dan tidak masuk akal, apa
    maksud sebenarnya? Dimana
    bisa ada urusan seaneh ini, dimana ada orang yang
    sudah belajar ilmu silat bisa
    menjadi seorang yang pengecut, sampai gelar yang
    disandangnya juga
    Sastrawan Pengecut.
    Sastrawan Pengecut berkata pula, "Bagaimana, apa
    Twako sudah
    menyanggupinya?"
    Pui Cie menggelengkan kepalanya berkata, "Sulit di
    percaya."
    "Sesudah berada di tempatnya Twako akan tahu
    bahwa perkataan Siaute
    semuanya benar."
    PEDANG BENGIS SUTRA MERAH - See Yan Tjin Djin
     
  2. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
  3. Musa M

    Musa M Member

    Joined:
    Apr 29, 2014
    Messages:
    836
    Likes Received:
    57
    Trophy Points:
    28
    wowow puanjang banget ceritanya , sampai pusing liat tulisannya:D*pusing*
     
  4. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Apalagi sampeyan.... saya sendiri juga pusing dan puyeng liat tulisannya... ha ha ha (ngakak ampe terguling2)
     
Loading...

Share This Page