Pedang Kilat Membasmi Iblis - Kho Ping Hoo

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Dec 12, 2014.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Pria itu usianya sudah kurang lebih enam puluh
    tahun, namun tubuhnya masih
    gagah dan ramping kokoh, tidak seperti orang seusia
    dia yang biasanya kalau tidak kurus kering, tentu
    gendut dan gembrot dengan kulit bergantungan
    penuh lemak,
    muka penuh keriput dan garis-garis ketuaan tanda
    derita hidup. Wajahnya masih
    nampak tampan dan anggun walaupun kedua
    matanya buta, terpejam dan tidak
    berbiji lagi. Dia melangkah perlahan dengan tongkat
    butut di tangan pada saat ada belasan orang
    berdatangan dari depan. Pada hal tadi, ketika tidak
    ada orang lain, pria ini berjalan dengan cepat seperti
    orang berlari saja, akan tetapi begitu muncul
    rombongan terdiri dari belasan orang itu, tiba-tiba
    saja langkahnya menjadi
    perlahan dan biasa. Hal ini saja membuktikan bahwa
    biarpun kedua matanya buta,
    orang ini dapat mengetahui akan munculnya belasan
    orang itu.
    BELASAN orang itu rata-rata nampak gagah dan
    kuat. berusia dari tigapuluh sampai limapuluh tahun,
    dipimpin seorang laki-laki tinggi besar berusia
    limapuluh tahun yang sikapnya gagah sekali. Begitu
    melihat pria buta itu, belasan orang ini saling berbisik
    dan mereka sengaja lari menghadang pria itu. Pria
    buta itu maklum bahwa belasan orang itu
    menghadang di depannya. Dia menahan langkahnya,
    berdiri
    bersandar tongkat bututnya dan menundukkan
    muka. Nampak acuh, namun
    sesungguhnya, sepasang telinganya menangkap
    semua gerakan belasan orang itu,
    sampai gerakan yang sekecil-kecilnya.
    Setelah berhadapan. pemimpin rombongan itu, yang
    tinggi besar dan gagah, segera maju dan berlutut
    dengan sebelah kakinya, memberi hormat dengan
    mengangkat
    kedua tangan depan dada. Empat belas orang
    pengikutnya. Ikut pula berlutut ketika si tinggi besar
    berlutut dan semua orang memberi hormat. Akan
    tetapi, pria buta itu bersikap seolah tidak tahu akan,
    apa yang terjadi di depannya.
    1
    "Pangeran, hamba bekas Jenderal Yap Lok, maafkan
    hamba dan empat belas orang pengikut hamba yang
    tardiri dari bekas para perwira menengah Kerajaan
    Liu-sung
    kalau hamba sekalian menghadang dan
    mengganggu ketenteraman paduka."
    Pria buta itu memang bekas Pangeran Tiauw Sun
    Ong. Dia tersenyum, senyum
    lembut dan suaranya juga lembut ketika dia berkata,
    "Seperti juga kalian ini bebas jenderal dan bekas
    perwira, akupun hanya bekas pangeran saja.
    Saudara Yap, kita sekarang menjadi orang-orang
    biasa, harap jangan memakai segala macam
    peradatan dan kesungkanan. Marilah kita bicara
    seperti kanalan dan sahabat saja.
    Bangkitlah kalian dan kalau aku boleh bertanya,
    kalian hendak ke mana?"
    "Maaf, pangeran. Kami tidak dapat menghapus
    sebutan pangeran karena bagi kami, paduka satu-
    satunya pangeran yang masih ada, dan padukalah
    harapan kami satu-satunya. Kami sengaja mendaki
    Bukit Hwa-san untuk mencari dan menghadap
    paduka."
    Pria buta itu mengerutkan alisnya. Sudah puluhan
    tahun dia meninggalkan Kerajaan Liu-sung, sampai
    beberapa tahun yang lalu kerajaan itu hancur dan
    runtuh, kini
    digantikan oleh Kerajaan Chi. Dia sudah tidak
    menganggap dirinya sebagai
    pangeran, Apalagi berhubungan dengan bekas
    pembesar militer kerajaan
    keluarganya yang sudah jatuh itu.
    "Saudara Yap, ada urusan apakah engkau dan
    teman-temanmu mencari aku? Sudah puluhan tahun
    aku mengasingkan diri dan tidak ingin lagi berurusan
    dengan
    keributan dunia." Biarpun mulutnya berkata demikian,
    namun diam-diam Tiauw Sun Ong merasa hatinya
    pedih. Baru saja dia terpaksa meninggalkan puncak
    Hwa-san
    setelah mendengar bahwa dia mempunyai
    keturunan, mempunyai seorang anak
    kandung yang terlahir dari Pouw Cu Lan, hasil
    hubungan gelapnya dengan selir
    kaisar duapuluhan tahun yang lalu. Dan kini,
    keselamatan Pouw Cu Lan dan
    puterinya itu diancam oleh Kwan Im Sianli Bwe Si Ni
    yang hendak membalas
    dendam kepadanya karena dia tidak mau diajak
    hidup bersama Dia terpaksa terjun ke dunia ramai
    untuk melindungi anak kandungnya, akan tetapi di
    depan bekas
    Jenderal Yap Lok, dia mengatakan bahwa dia tidak
    ingin lagi berurusan dengan
    keributan duniaā€¯
    Pedang Kilat Membasmi Iblis - Kho Ping Hoo
     
Loading...

Share This Page