Pertarungan Terakhir - KESATRIA HUTAN LARANGAN - Saini KM

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by cerita-silat, Dec 12, 2014.

  1. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Banyak Sumba memandang wajah Pangeran
    Anggadipati
    beberapa lama, hatinya terhenyak. Kebencian dan
    dendam
    yang disangkanya akan meluap dan
    mengguncangkan
    jiwanya, ternyata tidak dirasakannya. Hatinya
    kosong.
    Kalaupun ada perasaan, hanyalah perasaan duka-
    cita. Ia ragu-
    ragu dan tidak percaya, mana mungkin seorang
    kesatria yang
    begitu halus, yang dari wajahnya memancarkan sifat
    pendeta
    dan ketenteraman jiwa, dapat menjadi pembunuh
    keji seperti
    yang digambarkan oleh pembawa berita ke Kota
    Medang?
    Akan tetapi, hatinya berkata pula, justru siluman
    sering
    menempati hati orang yang tidak disangka-sangka.
    Dengan
    mempergunakan orang-orang yang tidak disangka-
    sangka
    seperti itu, siluman dapat menimpakan malapetaka
    yang
    sebesar-besarnya kepada manusia. Jadi, mengapa
    harus ragu-
    ragu?
    Banyak Sumba bermaksud mengeraskan hati, ia
    tidak mau
    lagi memandang wajah Pangeran Anggadipati. Ia
    memandang
    ulu hati puragabaya itu, ulu hati yang akan dijadikan
    sasaran pisau beracun yang ada di pinggangnya.
    Tetapi, matanya
    tertarik oleh Putra Mahkota. Banyak Sumba terpukau
    melihat
    wajah Putra Mahkota yang sangat bermuram durja
    itu. Di
    samping itu, tampak Putra Mahkota sangat pucat dan
    lemah.
    Teringatlah Banyak Sumba akan cerita orang-orang
    bahwa
    Putra Mahkota di samping mengelilingi kerajaan
    untuk
    menyampaikan belasungkawa kepada rakyat, beliau
    pun
    berpuasa. Beliau beriktikad mengunjungi seluruh kuil
    yang ada di kerajaan, seandainya hujan tidak turun
    juga.
    Melihat wajah Putra Mahkota yang sedang
    tersenyum dan
    melambai-lambaikan tangan, mendengar rakyat
    yang berseru-
    seru bahagia karena dapat melihat
    wajah.junjungannya,

    mencairlah tekad Banyak Sumba. Ia termenung dan
    terharu.
    Rasa kasih sayang meluap dari hatinya. Ia ragu-ragu
    sejenak.
    Tidak disadarinya, ia kemudian berseru-seru seperti
    rakyat
    yang lain, "Hidup Putra Mahkota Hidup Pajajaran"
    Dengan Jasik dan Arsim, Banyak Sumba bertemu di
    suatu
    tempat yang telah dijanjikan, yaitu di bawah
    benteng yang
    bersemak. Jasik dan Arsim sudah menumpuk jerami
    agar
    Banyak Sumba tidak akan cedera jika melompat dari
    atas
    benteng. Ternyata, Banyak Sumba tidak perlu turun
    melompati benteng. Ia datang menemui kedua orang
    panakawannya melalui pintu gerbang kota. Melihat
    kedatangannya tidak menurut rencana, kedua orang
    panakawan itu memandangnya penuh tanda tanya.
    "Saya menangguhkan rencana itu, Sik," kata Banyak
    Sumba dengan nada minta maaf. Panakawannya
    tidak berkata apa-apa, mereka tetap memandang
    kepadanya, seolah-olah
    meminta penjelasan. Banyak Sumba terdorong untuk
    berkata,
    "Saya tidak dapat melakukan pembunuhan selagi
    Putra
    Mahkota berada di sini. Sang Hiang Tunggal akan
    mengutukku, seandainya upacara suci dinodai
    dengan darah.
    Apa pula kata orang tentang keluargaku, seandainya
    sampai
    kulakukan pembunuhan yang keji itu," katanya.
    Mendengar penjelasan itu, kedua orang
    panakawannya
    tetap membisu. Arsim melihat ke langit, sementara
    Jasik
    menunduk, memerhatikan rerumputan. Sikap mereka
    itu
    dirasakan oleh Banyak Sumba sebagai sikap
    menyesali. Ia
    malu karena sebelumnya begitu panjang lebar
    menerangkan
    rencana pembunuhan itu. Di samping itu, betapa
    berkobar-
    kobar cara ia menerangkan rencana itu. Karena itu,
    Banyak
    Sumba terdorong untuk menambahkan penjelasan
    lagi.
    "Di samping itu," katanya, "saya tak sampai hati
    melakukan serangan secara licik, Sik, Kang Arsim,
    betapapun kejinya
    Anggadipati. Sebagai kesatria, kita harus
    menghadapinya
    secara kesatria. Saya malu oleh diri sendiri kalau
    harus
    Pertarungan Terakhir - KESATRIA HUTAN LARANGAN - Saini KM
     
  2. cerita-silat

    cerita-silat Member

    Joined:
    Dec 7, 2014
    Messages:
    292
    Likes Received:
    6
    Trophy Points:
    18
    Google+:

Share This Page