Generasi tahun 90-an tentu sudah tak asing lagi dengan tokoh yang satu ini. Dialah Seto Mulyadi (http://id.wikipedia.org/wiki/Seto_Mulyadi) yang akrab dipanggil dengan sapaan Kak Seto. Kak Seto sempat mempopulerkan sebuah acara anak pada tahun 90-an dengan tokoh si Komo sebagai bintangnya. Karakter Komo diadaptasi dari hewan komodo yang merupakan hewan asli Indonesia. Si Komo senantiasa memerankan alur cerita yang ringan dan sarat pesan moral ditemani dengan tokoh-tokoh lucu lainnya seperti Piko si Sapi, Belu si bebek, Ulil si ulat yang menjengkelkan dan Dompu si domba berwarna putih. Kala itu Kak Seto memandu acara anak-anak bersama dengan presenter senior, Henny Purwonegoro (http://id.wikipedia.org/wiki/Henny_Purwonegoro). Perjalanan Hidup Kak Seto Kecintaan pria kelahiran Klaten, 28 Agustus 1951 ini terhadap dunia anak-anak memang tak perlu diragukan lagi. Mungkin belum banyak orang yang tahu kalau Kak Seto memiliki seorang kembaran bernama Kresno Mulyadi. Keduanya memiliki kecintaan dan dedikasi terhadap bidang yang sama, yakni dunia anak-anak. Hanya saja jalan yang ditempuh sedikit berbeda. Kresno berprofesi sebagai seorang psikolog anak dan berdomisili di Surabaya, sementara Kak Seto yang memiliki gelar sarjana psikologi dari Universitas Indonesia lebih berfokus pada dunia anak-anak secara konkret dalam cakupan yang lebih luas. Kak Seto memilih untuk terjun langsung untuk menganalisis dan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan anak-anak. Biografi Singkat Seto Mulyadi Nama Asli : Seto Mulyadi Nama Populer : Kak Seto TTL : Klaten, 28 Agustus 1951 Pekerjaan : Psikolog Organisasi : Komisi Nasional Perlindungan Anak Sosial Media : https://twitter.com/SetoMulyadi Ada satu peristiwa besar yang terjadi di keluarga Kak Seto yang akhirnya memacunya untuk lebih mendalami dan mencintai dunia anak-anak. Saat itu Kak Seto dan kembarannya Kresno, dilanda kesedihan mendalam karena kematian adik bungsunya yang bernama Arief Budiman. Arief yang kala itu baru berusia 3 tahun harus menemui ajalnya setelah mengidap penyakit campak. Hal yang mengharukan terjadi ketika Kak Seto dan kresno berkunjung ke sebuah toko mainan dan bergegas memilih sebuah boneka untuk dihadiahkan pada adiknya. Dengan lembut dan bijak sang ibu meminta kedua anaknya ikut berdoa agar dapat dikaruniai adik lagi. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, mereka berdua tak kunjung dikaruniai adik hingga beranjak dewasa. Pengalaman inilah yang menjadi salah satu penyemangat Kak Seto untuk mendedikasikan dirinya bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia anak. Seto muda kemudian berusaha mengisi masa mudanya dan mengejar impian untuk menjadi seorang dokter. Namun ternyata menjadi seorang dokter bukanlah takdir untuk seorang Kak Seto. Dengan segenap kekecewaan, akhirnya kak Seto nekat pergi ke Jakarta bermodalkan seorang teman yang dikenalnya saat naik kereta. Nasib baik rupanya belum menghampiri pria kelahiran 28 Agustus 1951 ini setelah ia sampai di Jakarta. Kak Seto menjalani kehidupan yang keras sebagai tukang batu, pengaduk semen bahkan tukang parkir. Sampai akhirnya suatu hari Kak Seto menyaksikan salah satu acara anak yang selalu ditayangkan sore hari di salah satu stasiun televisi nasional. Acara anak-anak tersebut diasuh oleh ibu Sandiah Kasur (http://id.wikipedia.org/wiki/Ibu_Kasur) atau yang akrab disapa Bu Kasur. Dengan tekad yang kuat, Kak Seto mendatangi rumah Bu Kasur dan berharap bisa menemukan jalan untuk menyalurkan kecintaannya terhadap dunia anak-anak. Betapa beruntungnya Kak Seto karena di saat itu ia bertemu dengan bapak Soerjono Kasur. Kak Seto kemudian mengajukan diri menjadi asisten Pak Kasur secara sukarela tanpa dibayar. Melihat kesungguhan hati Kak Seto akhirnya Pak Kasur pun menerima Kak Seto menjadi asistennya. Hari itu, 4 April 1970 merupakan salah satu hari bersejarah dalam kehidupan Kak Seto, hari yang membawa dirinya melangkah lebih dalam menuju kecintaan terhadap dunia anak-anak. Pak Kasur menaruh harapan besar terhadap sosok Kak Seto. Ia berharap agar Kak Seto dapat menjadi penerus kiprahnya dalam menekuni dunia anak-anak. Berbekal kegigihan dan tabungan dari penghasilannya, Kak Seto akhirnya berhasil mencapai gelar sarjana psikologi Universitas Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Indonesia). Kiprahnya selama puluhan tahun dalam dunia anak-anak tidak membuat Kak Seto merasa puas terhadap pencapaian yang telah diraihnya. Pria yang pernah menjabat sebagai dekan psikologi Universitas Tarumanegara (http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Tarumanegara) ini merasa masih banyak permasalahan anak-anak yang harus dituntaskan. Masih banyak anak-anak yang haknya direnggut, baik karena masalah perceraian orang tua, kekerasan yang berlindung dibalik alasan pendidikan hingga maraknya perdagangan anak. Oleh sebab itu Kak Seto berusaha menumbuhkan minat generasi muda untuk meneruskan “tongkat estafet” yang telah dimulai Pak Kasur dengan cara membuat suatu komunitas pecinta anak (dikenal dengan sebutan Kompak). Peran Kak Seto Pada Komisi Nasional Perlindungan Kesibukan Kak Seto sebagai pemerhati anak dan sebagai ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Nasional_Perlindungan_Anak) telah dipahami betul oleh sang istri, Deviana serta anak-anak mereka. Kak Seto senantiasa menanamkan pengertian kepada seluruh anggota keluarganya untuk terbuka dan memiliki rasa saling percaya ketika sedang menghadapi suatu masalah. Hampir setiap hari sabtu kak Seto mengadakan “Sidang Umum Permasalahan Rumah”. Saat itulah seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak berkesempatan untuk menyampaikan kritik maupun pendapat agar tidak ada perasaan yang mengganjal dalam kehidupan keluarga. Kak Seto juga sering mengajak keluarganya ketika berkunjung ke suatu tempat. Dengan demikian sang istri dan anak-anak akan paham mengenai pekerjaan yang dilakukan olehnya. Ada satu pengalaman menarik yang terjadi dalam kehidupan Kak Seto. Saat itu ia bernazar akan mendongeng untuk anak-anak yatim piatu bila ia menikah nanti. Dan nazar itu ia wujudkan langsung setelah acara pernikahannya digelar. Ia dan sang istri bergegas berganti pakaian dan langsung menuju ke panti asuhan Muslimin di kawasan Keramat Raya untuk menunaikan nazarnya. Sang istri, Deviani, mendukung segala kegiatan dan dedikasi Kak Seto di dunia anak-anak. Baginya, Kak Seto yang lebih tua 18 tahun darinya merupakan sosok suami, bapak dan sahabat dalam berbagi suka dan duka. Dedikasi penuh dan kecintaan menjalani apa yang diyakininya, itulah pelajaran berharga yang dapat kita pelajari dari sosok kak Seto. Semoga makin banyak lagi pribadi seperti beliau yang mau mencurahkan usaha nya dalam memajukan Indonesia, mungkin tidak hanya dalam hal pemerhati dunia anak namun juga untuk sektor lainnya juga. Intip tokoh lainnya di blog saya Maxmanroe.com Baca threads saya yg lain: Pengalaman Liburan ke Singapura Sepintas Tentang Bisnis Afiliasi Online 9 Tips Sukses Dalam Berbisnis Ala Dahlan Iskan 5 Situs Pembayaran Game Online Terbaik di Indonesia Media Sosial Memudahkan Transfer Informasi Masa Kini Warung Gerobax – Peluang Usaha Waralaba Aneka Makanan dan Minuman
Kak seto memperjuangkan hak anak, srhingga bisa tercipta kestabilan dan kemerataan derajat seorang anak agar tidak dipandang sebrlah mata baik bagi sodara atapun keluarga dan orang lain.
Hahaha iya dulu waktu SD saya juga suka nonton di TPI. Komo, Belu, Dompu, Ulil. Semoga kelak ada sosok yang bisa menggantikan kak Seto.
Itu ciri khas mas, terkenal lho sampe ke luar negeri. Makanya dulu Justin Biebers ikut-ikutan gaya rambut Kak Seto dengan poni 'LEMPAR' nya