Senandung Anak Jalanan Part I

Discussion in 'Poetry' started by Ghazali, Mar 1, 2014.

  1. Ghazali

    Ghazali Member

    Joined:
    Jan 14, 2014
    Messages:
    35
    Likes Received:
    1
    Trophy Points:
    8
    [​IMG]

    Kehidupan jalanan adalah sebuah kehidupan yang keras. Butuh kucuran keringat untuk mendapatkan uang demi mengganjal perut keroncongan. Mungkin sering kita melihat banyak anak jalanan yang bergelut dengan kegetiran kehidupan di luar sana. Sungguh ironi yang menyayat-nyayat hati ketika anak-anak seumuran mereka harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan jalanan. Harusnya hari-hari mereka diisi dengan bersekolah dan bermain dengan teman sebayanya. Tapi apa daya, ternyata takdir berkata lain. Ini adalah puisi yang saya ciptakan dimana puisi ini tercipta dari rasa keprihatinan saya terhadap kehidupan anak jalanan.




    Di pangkuan purnama yang memucat aku didekap senyap.
    Merayap-rayap kesunyian membelaiku.
    Suara binatang malam pun mengolok-olokku dengan ocehan tololnya.
    Hingga aku dan orang-orang sekaumku
    Melapuk dalam keadaan busuk ini

    Tak cukup itu,
    Lemah kami memapah resah yang membuncah
    hingga emosi membakar kesabaran kami
    Dan aku juga orang-orang sebangsaku
    menggila dalam ketidakpastian makna sebuah keadilan

    Inilah aku bangkai yang setengah hidup
    menghirup bau busuk bangkai-bangkai orang-orang sekaumku.
    Yang tengah hidup di ambang kemusnahan moral,
    berdiri di atas duri-duri kecongkakkan orang-orang besar,
    dibiarkan dalam comberan kefakiran yang semakin edan
    diterlantarkan di jalanan, tidur di emperan pertokoan dan sebagian di bawah naungan kolong jembatan

    Inilah senandungku dan orang sekaumku
    yang berbaju lusuh, tubuh dekil pakaian compang-camping
    pincang berjalan menyelusuri jalan
    mengais recehan demi sesuap makan
    digilas roda-roda kezaliman.
    Karena kami adalah Anak Jalanan.

    Oh Tuhanku
    Hari-hariku tak seindah hari-hari bidadari yang menjual harga diri
    pagi-pagiku tak sesejuk pagi-pagi pejabat-pejabat tinggi berkorupsi
    siang-siangku tak secerah siang-siang orang-orang berkecukupan
    dan malam-malamku tak segemerlap malam-malam pegawai kantoran.

    Lalu apa yang kami dapat?
    Yang kami dapat hanya harap-harap terlelap dalam pekat
    yang tertidur pulas entah sampai kapan,
    mungkin sampai kami menemui indah kematian!!!

    Bertahun-tahun senandung kami tak terdengar
    parau senandung ini ditelan janji-janji tak tertepati.
    Ilusi janji-janji untuk membeli suara Kami

    Arrghhh sudahlah..
    Ini hanyalah bualanku dan orang-orang sekaumku.
    Sebatas senandung yang tak semerdu kicauan burung
    terkungkung dalam murung yang tiada berujung

    Yogya, 25 Februari 2014
    Dhedi R Ghazali
     

Share This Page